Garuda terduduk diam, lesu, menahan jutaan emosi. Wajahnya hanya bisa menatap tanah.Â
Icarus datang duduk menemani. Tidak banyak membantu.Â
Keduanya bernasib kurang lebih sama, terbang terlampau tinggi. Bila Icarus terbang menantang mata hari, Garuda datang menantang dunia.Â
Icarus terbang membawa ambisi, mencoba menaklukkan mata hari, namun terjatuh karena kedua sayapnya terbakar habis oleh panas mata hari.
Garuda datang membawa mimpi, terbang menghadapi dunia sepak bola yang terlampau keji. Menantang dunia penuh manipulasi.
Nasib Garuda sedikit lebih beruntung. Jika, Icarus datang sendiri hanya membawa ambisi dan sayap emasnya, Garuda datang bersama dukungan penuh 280 juta jiwa di belakangnya.
Sialnya, nasib akhir keduanya sama. Terjatuh. Takluk.Â
Saat ini Garuda hanya memerlukan rumah. Tempat ia berpulang ke rumah yang dipenuhi orang yang selalu mendukungnya. Sudahi dulu semua kritik kepadanya, ia sudah melangkah jauh, lebih jauh daripada Gajah Thailand, Harimau Malaya, dan Naga Emas Vietnam. Jauh dari ekspektasi.Â
Memang, satu orang perlu bertanggung jawab atas semua kekacauan yang terjadi di ronde 4. Bertanggung jawab juga atas intrik dan pertaruhan yang diambil oleh Ketua federasi Garuda di ronde 3. Bukankah ketua yang baik adalah ketua yang berani bertanggung jawab?
----------------------------------------------------------------------------------------------------------