Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendialogkan Masalah dengan Al-Qur'an

8 April 2023   12:59 Diperbarui: 8 April 2023   13:11 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda atau petunjuk adalah  untuk mengarahkan namun tak semua orang mau diarahkan (Hamim Thohari Majdi)

Tujuh belas Ramadan diperingati sebagai turunnya Al-Qur'an (Nuzulul Qur'an) sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 185, artinya :

"Bulan Ramadan di dalamnya diturunkan Al-Qur'an  sebagai pentunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan bathil)"

Dalam hal al-Qur'an turun di bulan Ramadan, para mufasir terdapat dua pendapat. Pertama, al-Qur'an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadan. Kedua, sebelum adanya perintah berpuasa, maka dinamai dengan bulan al-qur'an, hal mana al-Qur'an diturunkan ketika Lailatul Qadar.

Ayat seratus delapan puluh lima surat al-Baqarah menyebut fungsi al-qur'an yaitu sebagai petunjuk dan penjelasan tentang petunjuk serta pembeda antara yang baik dan buruk. Sebagaimana diketahui bahwa manusia tidak bisa menerjemahkan secara tepat atas semua petunjuk yang ada di dalam al-Qur'an, maka dibutuhkan petunjuk teknis atau operasionalnya. Misal kewajiban berpuasa merupakan perintah yang masih umum, maka dijelaskan tentang waktu (bulan) yaitu Ramadan, Mulai kapan (ketika melihat atau menyaksikan hilal). 

FUNGSI PETUNJUK

Menilik arti petunjuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki tiga makna. Pertama,   tanda atau isyarat untuk memberi tahu sesuatu. Kedua, ketentuan yang membei arah tentang bagaimana sesuatu dilakukan. Ketiga, ajaran, tuntunan dan ilham.

Kebutuhan manusia tentang petunjuk merupakan sifat asasi, karena manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengerti apapun, lalu pengetahuannya berkembang mengikuti pola asuh dan lingkungannya. Tidak jarang kemudian tergiur oleh kesenangan duniawi dengan cara-cara yang bertentangan dengan sunnatullah.

Karenanya al-Qur'an menginformasikan agar manusia memohon untuk mendapat petunjuk terhadap arah kehidupan lalu surat al-Fatihah ayat 6 menyerukan kepada manusia untuk berucap "tunjukilah kami jalan yang lurus".

Jalan yang lurus seperti apa ? apakah seperti jalan tol bebas hambatan ? atau jalan lurus seperti lurusnya penggaris ?, agar manusia tidak bingung dan menjadi jelas al-Qur'an memberi penjelasan dalam ayat ketujuh surat al-Baqarah "seperti jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai, bukan pula jalan orang yang Engkau sesatkan" 

Tiga jalan dalam kehidupan. Pertama, jalan yang penuh nikmat yakni bagi orang-orang yang beriman serta menjalankan semua perintah dan menghindari larangannya. Kedua, jalan yang  penuh murka, bagi orang yang beriman tetapi keimanannya tidak mendorong untuk ketaan kepada Allah, golongan ini adalah mereka yang tahu tentang ajaran agama tapi melaksanakannya dipilih-pilih dalam bahasa jawa disebut "ndablek" alias mokong. Ketiga adalah jalan yang penuh kesesatan, yaitu mereka yang tidak lagi mengetahui kebenaran dan tidak menuju jalan Tuhan tetapi menurutkan hawa nafsunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun