Minggu ceria di seputaran alun-alun Lumajang, dan mungkin ini juga terjadi di tempat keramaian lainnya, bunyi "etek-etek" sangat mudah didapat, terdengar membahana memecahkan kesunyian di berbagai sudut, "etek-etek-etek...".
Latto-latto menjadi semakin viral di era digital, hingga menempati kedudukan terhormat dimainkan para pejabat. Dalam konteks ini mereka bermain latto-latto dalam upaya mendapatkan predikat uo to date, gak mau kalah gak mau ketinggalan 'aku juga bisa" ujar mereka.
Ada nilai positif viralnya latto-latto di tengah lekatnya anak-anak dengan dawai (android), kini dengan mudah mereka menelantarkan sementara telepon pintar. Semoga latto-latto bisa menginspirasi  pencipta mainan untuk mengarah kepada permainan manual.
Bermain latto-latto adalah mengasah kecerdasan emosional, menata fokus dan harmonisasi (kecerdasan musical), walau ada yang hanya  sekadar membentur-benturkan agar muncul bunyi-bnyian "etek-etek"
VIRALKAN
Gelombang infirmasi begitu dahsyat menusuk kendang telingan umat manusia, sesuatu yang viral mudah untuk diketahui dan banyak yang ingin membuktikan. Begitu halnya latto-latto harus lebih diviralkan agar ada even baik tingkat lokal, regional bahkan nasional, Â dan menjadi permainan yang menarik.
Hadirnya latto-latto sedikit mengubah wajah anak-anak, pandangnnya kini berkerang kepada barang elektronik yang menguras emosi orang tua dan menguatkan fokus serta betah dalam satu posisi.Â
Salah satu karakter masyaraakat kita, sesuatu yang sudah viral walau kualitasnya pas-pasan akan senantiasa diikuti lalu menjadi booming.Â