Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PR itu Untuk Orang Tua atau Siswa?

30 Agustus 2015   11:42 Diperbarui: 30 Agustus 2015   12:03 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Banyak kegiatan siswa yang luput dari perhatian kita"][/caption]

Sudah menjadi fenomena di dunia pendidikan kita, bahwasanya banyak tugas yang diberikan guru kepada murid pada akhirnya dikerjakan oleh orang tua mereka. Contohnya beberapa kali saya melihat di warnet ada orang tua yang sedang bingung mengerjakan tugas anaknya yang masih SD, si anak mendapat tugas mencari gambar metamorphosis kupu-kupu. Tidak ingin repot si Ibu minta tolong kepada penjaga warnet untuk mencarikan tugas tadi sekaligus di print, oya jangan lupa diberi nama dan kelas ya mas sang Ibu pinta si Ibu.

Nah saat si Penjaga warnet sudah mendapatkan gambar yang ditugaskan dia bertanya, seperti ini tha Bu gambarnya??? Iya ma situ aja penting gambarnya bagus, la wong saya juga tidak paham tugasnya..jawab si Ibu. Terus dimana si anak yang mendapat tugas PR tadi… ternyata anak itu malah asyik makan jajan dan asyik bermain sendiri, bahkan kadang malah mainan game di warnet tersebut. Menurut si Ibu tadi tugas yang diberikan sekolah sekarang aneh-aneh, disuruh ngeprint inilah ngeprint itulah dan di rumah anaknya sering menangis jika PR tidak dibuatkan karena takut dihukum di sekolah nantinya. Dengan pasrah sang Ibulah yang mengerjakannya.

Dari sedikit kisah di atas yang mungkin juga sering anda lihat atau bahkan alami sendiri, mari kita diskusikan… benarkan yang dilakukan siswa dan Ibunya ini??? Jelas sekali, seharusnya tidak demikian, mengingat sekarang dunia pendidikan kita yang menggunakan kurikuluk 2013 yang lebih mementingkan proses dari pada hasil itu sendiri. Siswalah yang seharusnya mengerjakan tugas atau PR mereka bukan orang tuanya, walaupun si orang tua beralasan kasihan atau tidak tega pada anaknya. Justru sikap inilah yang membuat anak sulit berkembang.

Terus kalau seperti itu orang tua tidak boleh membantu mengerjakan PR anaknya???

Tentu saja boleh, namun hanya sebatas membimbing dan mengarahkan bukan ikut membuat bahkan 100% hasil karya bapak Ibu di rumah. Tentu kejadian di atas membuat proses belajar mengajar tidak maksimal karena tidak ada kesinambungan antara guru di sekolah dan orang tua di rumah. Orang tua sebaiknya juga ikut memahami bagaimana K-13 dijalankan dan tidak membebankannya seluruh pendidikan anaknya di pihak sekolah. Biasanya pada awal tahun pembelajaran seperti ini seluruh orang tua wali akan dikumpulkan di sekolah untuk sosialisasi kurikulum dan program guru kelas untuk satu tahun mendatang. Saat itulah waktu yang tepat untuk mempelajari dan menanyakan proses pembelajaran anak. Perlu diingat tradisi seperti kisah di atas sudah mendarah daging mulai dari pendidikan SD yang tugasnya dikerjakan orang tua sampai pada Perguruan tinggi yang tugasnya dikerjakan orang lain atau bisa jadi dosennya sendiri. Bahkan para guru juga melakukan hal yang serupa saat ada tugas PTK, benarkan???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun