Mohon tunggu...
Ahmad Dalhas
Ahmad Dalhas Mohon Tunggu... Mahasiswa Komunikasi Penyiariaran Islam UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Saya Mahasiswa KPI UIN JAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Genz

17 Juli 2025   22:52 Diperbarui: 17 Juli 2025   22:52 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube kini tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga memengaruhi cara individu berpikir, berinteraksi, hingga membentuk identitas diri.

Di Indonesia, penggunaan media sosial menunjukkan tren pertumbuhan yang konsisten dan signifikan. Berdasarkan laporan tahunan dari Data Reportal (Kemp, 2025), jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai sekitar 143 juta orang, atau 50,2% dari total populasi nasional yang berjumlah 285 juta jiwa. Angka ini mengalami peningkatan sekitar 2,9% atau setara dengan 4 juta pengguna baru dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi ruang dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya di kalangan mahaiswa yang merupakan pengguna aktif mayoritas.

Penggunaan gadget secara intensif oleh generasi Z berdampak pada penurunan daya ingat mereka, terutama karena mudahnya terdistraksi saat beraktivitas. Fenomena ini banyak terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa, khususnya dalam situasi belajar atau bekerja. Para psikolog menyarankan agar handphone disilent dan tidak digunakan bersamaan dengan aktivitas lain untuk menjaga fokus dan kemampuan mengingat informasi.

Akbar, seorang pengguna gadget aktif, mengakui bahwa dirinya sering kali mudah terdistraksi saat sedang fokus mengerjakan sesuatu. Ia merasa kehadiran notifikasi dan godaan untuk membuka aplikasi lain menjadi penghalang utama dalam mempertahankan konsentrasi. Oleh karena itu, Akbar menyarankan agar handphone selalu disilent selama beraktivitas, guna meminimalisasi gangguan yang bisa menyebabkan kehilangan fokus dan menurunkan produktivitas.

Kebiasaan mengecek handphone secara berulang, meskipun hanya sekadar melihat notifikasi, tanpa disadari mengganggu alur berpikir yang sedang dibangun. Hal ini tidak hanya memperlambat penyelesaian tugas, tetapi juga membuat informasi yang telah dipelajari atau dikerjakan menjadi sulit diingat. Meskipun teknologi memberikan kemudahan, penggunaannya perlu dikontrol agar tidak berdampak negatif terhadap fungsi kognitif, khususnya daya ingat.

Hawary, selaku Mahasiswa aktif di bidang psikologi menjelaskan, penggunaan gadget sangat berpengaruh terhadap daya ingat, terutama bagi generasi Z yang menjadi mayoritas penggunanya. Saat ini, Gen Z cenderung gemar mengonsumsi konten video pendek yang menyajikan informasi secara instan. Kebiasaan ini membentuk pola pikir serba cepat dan instan, sehingga upaya atau effort mereka untuk mencari dan menyerap informasi menjadi sangat minim. Terlebih lagi, kehadiran teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) semakin mempermudah akses informasi tanpa proses belajar yang mendalam, yang secara tidak langsung turut melemahkan kemampuan mengingat dan memahami secara menyeluruh.

Selain itu, dukungan dari lingkungan sekitar seperti keluarga, institusi pendidikan, dan komunitas digital sangat dibutuhkan untuk membentuk kebiasaan digital yang sehat. Kampanye literasi digital dan pelatihan manajemen waktu bisa menjadi solusi preventif agar generasi Z tidak terjebak dalam pola konsumsi informasi instan yang merusak daya pikir jangka panjang. Dengan pendekatan yang holistik, diharapkan teknologi dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengorbankan kualitas fungsi kognitif, terutama daya ingat dan kemampuan berpikir kritis.

Penting pula bagi para pendidik dan pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan strategi pembelajaran yang adaptif terhadap perkembangan digital, tanpa meninggalkan prinsip dasar pendidikan yang menekankan proses, pemahaman mendalam, dan fokus. Dengan begitu, generasi Z dapat tumbuh sebagai individu yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga memiliki kemampuan mengelola informasi dengan baik dan mempertahankan ketajaman ingatan di tengah arus informasi yang deras.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun