Mohon tunggu...
Hamdan Hamado
Hamdan Hamado Mohon Tunggu... Pelajar

Pemuda Biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nading di Tanjung Leworaja: Ketegasan Orang Tua Adat Menjaga Warisan Leluhur di Lembata

16 Juni 2025   17:07 Diperbarui: 16 Juni 2025   21:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Struktur undakan dari susunan batu (dalam bahasa lokal disebut Atu) yang berada di Situs Tanjung Leworaja. (Sumber: Penulis, 2024)

Tanjung Leworaja, sebuah situs bersejarah di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, kembali menjadi sorotan. Bukan karena kisah kejayaannya di masa lalu, melainkan oleh ancaman kerusakan dari aktivitas yang mengabaikan nilai-nilai budaya dan sejarah.

Sebagai bentuk perlawanan, orang tua adat bersama para pemuda desa melakukan Nading — sebuah tradisi lokal untuk menyatakan penutupan akses terhadap situs sakral.

Nading bukan sekadar aksi simbolik. Ia adalah bahasa adat yang penuh makna, sebuah pernyataan tegas dari tetua adat atau kepala suku bahwa wilayah tersebut ditutup untuk segala bentuk aktivitas manusia.

Aksi ini dilakukan dengan memasang tanda berupa Kote Lolo, sejenis daun tertentu yang memiliki makna khusus dalam budaya lokal masyarakat adat Labala. Kehadiran kote lolo bukan main-main: ia adalah simbol larangan tertinggi yang harus dipatuhi.

Di antara berbagai bentuk Nading yang dikenal masyarakat adat, kote lolo adalah simbol nading paling tinggi. Ini adalah tanda paling sakral dan paling keras dalam sistem hukum adat.

Ketika kote lolo dipasang, itu berarti tidak ada ruang untuk kompromi—segala aktivitas harus dihentikan total. Mengabaikan kote lolo bukan hanya melanggar kesepakatan adat, tetapi diyakini akan mengundang musibah.

Musibah itu bukan datang dari manusia, melainkan dari kemarahan para leluhur yang menjaga tanah dan situs tersebut. Ini adalah bentuk tertinggi dari hukum adat, di mana sanksi sosial dan spiritual bersatu menjadi kekuatan yang mengikat kehidupan masyarakat.

Tanjung Leworaja sendiri merupakan situs bekas permukiman kuno para leluhur, tempat awal mula lahirnya komunitas masyarakat Desa Pantai Harapan, Leworaja, dan Mulankera yang ada saat ini.

Di sinilah dulu para leluhur menetap, membangun kehidupan, sebelum kemudian menyebar dan membentuk permukiman-permukiman baru di wilayah pesisir Lembata.

Artinya, Tanjung Leworaja adalah titik mula perjalanan sejarah masyarakat di wilayah ini. Itulah sebabnya ancaman terhadapnya bukan sekadar persoalan fisik, melainkan juga ancaman terhadap jejak asal-usul dan identitas kultural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun