Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Kalau Tidak Kuat Mental, Jangan Masuk PGSD!"

23 Juni 2019   21:19 Diperbarui: 20 April 2021   08:37 11921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi siswa-siswi Sekolah Dasar melaksanakan upacara bendera. (Foto: M LATIEF/KOMPAS.com)

Menghadapi masa depan memang tak mudah. Menentukan karir memang tidak segampang membalikkan telapak tangan. Memilih antara bekerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dalam hal ini perguruan tinggi, adalah kemerdekaan pribadi lepas pribadi.

"Aku mau kerja saja. Orangtua tidak mampu membiayai kuliah."

"Ingin jadi dokter. Cita-cita sejak kecil."

"Masuk Fakultas Ekonomi. Ikut teman."

Berbagai alasan berseliweran. Sah-sah saja. Namun, bagi Anda yang ingin berkuliah, jangan ingin masuk fakultas tertentu karena ikut-ikutan teman atau karena tidak ada pilihan lain.

Salah memilih jurusan bisa menyesal di kemudian hari. Bukan hanya dana dan tenaga, waktu jadi terbuang percuma. Waktu tidak akan bisa dikembalikan. Tenaga yang dikeluarkan dengan maksimal, seakan jadi sia-sia. Dana, meskipun bisa diperoleh lagi, ganti yang sudah keluar, jadi terlihat mubazir.

Jadi, pilihlah jurusan sesuai dengan minat.

Baca Juga: Prodi PGSD Dulu Sia-sia, Kini Dipuja

Apakah bertujuan untuk menakut-nakuti?

Mungkin Anda semua mengira, artikel ini menakut-nakuti supaya Anda tidak memilih Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Prodi PGSD). Kalau Anda berpikir seperti itu, Anda keliru. Justru sebaliknya.

Saya menulis artikel ini untuk mempersiapkan mental calon mahasiswa, baik yang belum maupun yang sudah menentukan pilihan, supaya mereka mempunyai mental yang kuat, bukan saja selama dalam perkuliahan, tapi juga sewaktu memasuki "medan pertempuran" yang sebenarnya.

Saya ingin memaparkan sedikitnya tiga "tidak" yang harus dihilangkan, supaya kalau masih bingung mau masuk PGSD atau tidak; atau sudah menjadi mahasiswa PGSD, diri sendiri sudah mempersiapkan mental yang kuat, sehingga waktu lulus dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, tidak memperlihatkan hasil yang mengecewakan.

Apa saja tiga "tidak" yang harus dihilangkan?

Kegiatan belajar-mengajar di kelas, Sekolah Dasar [Sumber Gambar: pojoksatu.id]
Kegiatan belajar-mengajar di kelas, Sekolah Dasar [Sumber Gambar: pojoksatu.id]
1. Tidak kuat mental dalam menghadapi keributan di dalam kelas

Anak-anak ribut? Sebenarnya itu hal yang biasa, lumrah. Anak-anak di usia dini cenderung aktif, tidak bisa diam, butuh aktivitas-aktivitas fisik untuk menyalurkan "energi berlebih" mereka.

Jangan memarahi anak-anak kalau mereka tidak bisa diam. Justru guru yang harus introspeksi diri, mengevaluasi diri, mengapa anak-anak itu ribut.

Apakah metode mengajarnya membosankan? Apakah cara membawakan materi ajar tidak menarik? Apakah tidak ada unsur bermain di dalam proses belajar mengajar?

Terkadang saya sendiri merasa heran dengan guru-guru esde saat ini, baik itu "angkatan tua" maupun "angkatan muda". Kebanyakan menginterpretasikan kelas yang "baik" dan "menurut" itu adalah kelas yang "tenang" dan "diam".

Akibatnya, kelas-kelas itu cenderung seperti kuburan. Tidak ada interaksi, tidak ada aktivitas yang meningkatkan daya  nalar dan kreativitas anak.

Memang tidak semua guru SD seperti itu, namun kebanyakan seperti itu. Guru memarahi peserta didik karena ribut, lalu guru menyuruh mereka diam. Metode ceramah tetap menjadi andalan waktu mengajar.

Pengalaman saya sendiri sewaktu mengajar di SD bisa dibilang kurang menggembirakan di awal mula. Kenapa? Karena saya tidak kuliah di PGSD, tapi di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, yang ditujukan untuk mengajar di jenjang SMP dan SMA/SMK.

Untungnya dengan adanya internet dan seminar, serta pelatihan mengajar, saya mendapat banyak informasi seputar dunia anak usia dini, bagaimana mendidik anak usia dini.

Hal yang menarik yang saya dapat adalah harus ada unsur V.A.K dalam proses belajar mengajar. Apa itu V.A.K?

  • "V" untuk Visual, berarti guru harus menggunakan alat peraga atau lembar kerja siswa yang bisa terlihat jelas oleh peserta didik.
  • "A" untuk Audio, berarti peserta didik mendengar suara atau paparan bunyi yang menarik perhatian mereka.
  • "K" untuk Kinestetik, berarti peserta didik melakukan kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas fisik dalam proses belajar mengajar.

Untuk peserta didik di kelas 1 SD, sebagai contoh, pada semester satu, mereka belajar angka 1 sampai 10, dan juga warna dalam bahasa Inggris.

Pengenalan awal, saya mengajar mereka untuk menyanyikan lagu "Ten Fingers On My Hands". Sebelumnya, saya menulis kata-katanya di papan tulis.

Ten Fingers On My Hands

One little two little three little fingers
Four little five little six little fingers
Seven little eight little nine little fingers
Ten fingers on my hands

Saya memberikan contoh cara menyanyikan lagu ini. Pertama, dengan menyanyikan seperti biasa. Kedua, dengan menyanyi, sambil mengangkat jari tangan satu per satu sesuai dengan jumlah jari yang dinyanyikan.

Sumber Gambar : goliland.wordpress.com
Sumber Gambar : goliland.wordpress.com
Lewat lagu ini, peserta didik bisa melihat dengan jelas jumlah jari tangan yang diangkat (visual) sesuai dengan lirik lagu yang dinyanyikan (audio), dan lalu melakukannya dengan mengangkat jari-jari tangan mereka satu per satu sesuai lirik lagu (kinestetik).

Begitu juga dengan lagu tentang warna dalam bahasa Inggris. Dengan bantuan lagu (audio) dan kertas-kertas warna (visual), serta mengangkat kertas warna sesuai dengan warna yang disebutkan (kinestetik).

Colors

I have many colors
Red merah, green hijau
Blue biru, black hitam
Yellow itu kuning

Brown coklat, white putih
Purple itu ungu
Yang grey abu-abu
Kalau pink merah muda

(nada sama dengan lagu "Dua Mata Saya". Sumber Lagu : belajar.indonesiamengajar.org)

Untuk di pertemuan-pertemuan berikut, setelah melatih peserta didik menyanyikan kedua lagu tadi, maka saya bisa me-review, mengulang kembali materi pelajaran sebelumnya. Unsur V.A.K tetap ada dalam proses.

Saya membagikan kertas yang berisi angka satu sampai lima ke peserta didik. Satu orang mendapat satu kertas

Gambar kertas 1 - 5 - dokpri
Gambar kertas 1 - 5 - dokpri
Lalu saya memberikan contoh bagaimana mengerjakan student worksheet atau lembar kerja siswa ini. Misalnya:

"All right. Now you have to colour the numbers based on what I say. For example, Colour Number One Blue. Colour Number One Blue, .... Finished? Okay. Next, colour number two red. Colour number two red ...."
(Terjemahan : Baiklah. Sekarang kalian harus mewarnai angka-angka berdasarkan apa yang Bapak katakan. Sebagai contoh, warnai angka satu biru. Warnai angka satu biru, .... Selesai? Baik. Berikutnya, warnai angka dua merah. Warnai angka dua merah ....")

Teruskan sampai angka lima.

Colour Number One Blue
Colour Number Two Red
Colour Number Three Yellow
Colour Number Four Green
Colour Number Five Orange

Gambar Lembar Kerja Siswa - dokpri
Gambar Lembar Kerja Siswa - dokpri
Dengan melibatkan Visual - Audio - Kinestetik atau V.A.K, maka fokus peserta didik akan tumpah ruah ke proses belajar mengajar yang mereka sukai, yaitu menyanyi dan mewarnai, yang muaranya pada berbicara dan juga menulis.

Bagaimana dengan mata pelajaran lain? Anda bisa mencari cara lain untuk menerapkan V.A.K di berbagai mapel. Niscaya, dengan adanya ketiga unsur ini, suasana kelas tidak akan ribut tak terkendali. Kalaupun ribut, ributnya karena antusias dalam belajar. Saya sudah membuktikannya ^_^.

Baca Juga: Booming Penerimaan Guru SD dan Kuliah di Program Studi PGSD

2. Tidak kuat mental dalam menghadapi kenakalan anak-anak usia dini

Bagi yang suka baperan, memang harus belajar untuk menanggalkan sikap itu kalau mau mengajar di SD. Karena ada sebuah peribahasa yang mengatakan :

Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu; belajar di waktu tua bagaikan mengukir di atas air.

Apa maksud peribahasa di atas?

Maksudnya adalah mendidik anak-anak itu bagaikan "mengukir di atas batu". Keras, susah, penuh perjuangan, namun hasil didikan terlihat jelas, karena anak-anak usia dini itu bagaikan kertas putih polos. Masih murni, belum terkontaminasi kesusahan di dalam dunia.

Berbeda kalau mengajar di SMP, SMA, SMK, bahkan Perguruan Tinggi. Mungkin menganggap, mengajar remaja dan dewasa lebih mudah (diatur) daripada anak usia dini, tapi jangan salah. 'Mengukir di atas air' memang tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra seperti mendidik anak usia dini, namun waktu alat pengukir diangkat dari air, air terlihat tak ada bedanya dengan di awal sebelum diukir.

Makanya, saya lebih suka mengajar anak usia dini, karena saya bisa melihat perubahan yang sangat nyata dari peserta didik. Memang, konsekuensinya adalah harus mempunyai mental baja dalam menghadapi kenakalan, tingkah polah peserta didik yang masih belia.

Selain mental yang kuat, juga memperlengkapi diri dengan pengetahuan seputar psikologi pendidikan; bagaimana menghadapi peserta didik tipe sanguin, koleris, melankolis, dan plegmatis; dan melihat anak-anak itu dari latar belakang keluarga. 

Apakah karena kurang kasih sayang dan perhatian dari orangtua sehingga anak menjadi nakal? Atau anak menjadi liar karena kondisi ekonomi keluarga yang berada dalam rentang menengah ke bawah? Atau karena bergaul dengan berandal?

Jadi, perlu adanya pemahaman yang benar tentang anak usia dini dan pernak-perniknya, serta perlu belajar untuk berkomunikasi dengan baik. Dengan begitu, mental Anda pun telah siap untuk menghadapi berbagai kenakalan peserta didik yang masih berusia dini.

3. Tidak kuat mental dalam menghadapi tekanan pekerjaan

Kalau berkuliah di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Prodi PGSD), maka jabatan yang akan diemban di Sekolah Dasar nantinya adalah sebagai guru kelas.

Tugasnya? Mengelola kelas, peserta didik, dan mengajar berbagai mata pelajaran (Matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, SBdP, dan lain-lain), serta tugas akhirnya adalah melaporkan hasil evaluasi peserta didik di akhir semester.

Tanggung jawab sebagai guru kelas sangatlah berat. Kebanyakan orang menganggap kalau tugas guru kelas di SD itu mudah.

"Pelajarannya gampang. Sudah bertahun-tahun mengajar. Ilmu sudah ada di kepala semua. Jadi, santai. Gak usah belajar lagi."

Pendapat dari Sari (nama samaran), salah satu orangtua murid, sangat dangkal. Dia hanya melihat dari sisi tingkat kesulitan materi ajar. Dia tidak melihat dari sisi-sisi yang lain.

Mempersiapkan segala kelengkapan mengajar, sungguh bukan hal yang mudah. Jadi, keliru kalau mengira, guru SD itu lebih mudah tugasnya, lebih santai daripada guru SMP dan SMA/SMK. Pandangan tersebut salah besar. Justru tanggung jawab guru SD adalah yang terberat.

Meskipun pulang pada jam dua siang (rata-rata) atau jam kerja hanya 5-6 jam sehari, bukan berarti guru SD lalu leha-leha di rumah, menonton tv, bergosip ria dengan tetangga, atau main game di hape sepanjang malam. Mungkin saja mereka mempersiapkan kelengkapan mengajar sampai jauh malam. Jam kerja melebihi delapan jam dalam sehari.

Meskipun saya bukan guru kelas, saya dulu pernah mengajar 19 kelas, dari kelas 1 sampai 6.  "Kalau itu, bisa dikatakan setara dengan menjadi guru kelas di dua kelas. Kelas 1A dan 1B, misalnya," kata Yani (nama samaran), salah satu rekan guru di sekolah dasar.

Nah, jadi paling tidak, meskipun saya tidak pernah menjabat sebagai guru kelas, saya bisa merasakan capeknya ^_^.

Pertimbangkan baik-baik sebelum memilih

Sekali lagi, saya menulis artikel ini bukan untuk menakut-nakuti Anda yang sudah menjadi mahasiswa PGSD atau mencegah Anda untuk memilih jurusan PGSD. 

Saya hanya memperingatkan, kalau memilih jurusan itu seperti memilih calon suami atau istri. Kalau salah memilih, akan menyesal seumur hidup. Jadi, pertimbangkan baik-baik. Demi karir impian di masa depan. Mudah-mudahan tiga masukan di atas bermanfaat bagi Anda yang sedang dalam kebimbangan untuk memutuskan pilihan masuk PGSD atau tidak. 

Juga semoga menjadi bahan pertimbangan bagi Anda, mahasiswa PGSD, yang berada dalam dilema, tetap bertahan atau keluar dari PGSD. Mudah-mudahan, setelah membaca, tak salah memutuskan ^_^.

Yang pasti, apapun pilihannya, kiranya karir ke depan, sesudah lulus, sesuai dengan jurusan yang dipilih. Karir impian seperti yang diharapkan setelah lulus kuliah.

"Alangkah indahnya, kalau karir sesuai dengan jurusan yang diambil."

Baca Juga: Derita Guru Honorer Ketika Wacana UMP Mengemuka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun