Ajibarang, Jawa Tengah -- Minat masyarakat Indonesia untuk bekerja ke luar negeri, khususnya Jepang terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu pihak yang aktif memfasilitasi proses ini adalah Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Amanah Indonesia, sebuah lembaga swasta yang fokus mendidik dan menyalurkan calon TKI atau Pekerja Migran Indonesia (PMI) ke Jepang dengan keterampilan dan etika kerja yang dibutuhkan.
Fitri Uswatun Khasanah adalah salah satu pengajar bahasa Jepang di LPK Amanah Indonesia mengawali perjalanannya dari minat sejak SMA. Ia aktif belajar secara mandiri dan mengikuti ujian JLPT (Japanese Language Proficiency Test) hingga akhirnya dipercaya menjadi pengajar. "Saya mulai mengajar sejak 2023, sekarang sudah satu setengah tahun," jelasnya.Â
Menurut Fitri, penguasaan bahasa Jepang bukan hanya soal komunikasi dasar. "Yang pertama, itu syarat utama untuk bisa berangkat ke Jepang. Harus lulus JLPT atau JFT (Japan Foundation Test)," jelasnya. Selain untuk lolos seleksi, kemampuan bahasa juga vital karena Jepang bukan negara yang umum menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, sertifikat bahasa juga bisa meningkatkan tunjangan dari perusahaan.Â
Bahasa, Skill, dan Etika
LPK Amanah Indonesia menerapkan sistem pembelajaran yang intensif, berlangsung antara 6 bulan hingga 1 tahun. Calon TKI ditargetkan memperoleh dua sertifikasi satu di bidang bahasa dan satu lagi untuk keterampilan khusus (SSW -- Specified Skilled Worker). Misalnya, untuk yang ingin bekerja sebagai perawat lansia (Kaigo), mereka diajari cara mengganti popok, menggunakan kursi roda, hingga memindahkan pasien dari ranjang ke kursi dan sebaliknya.
Tak hanya itu, siswa juga dilatih untuk meningkatkan kepercayaan diri dan memahami etika kerja khas Jepang. "Kami ajarkan cara menyapa, membungkuk (ojigi), dan cara berbicara sopan yang sesuai dengan budaya Jepang," ujar Fitri.
Tantangan yang Dihadapi Calon TKI
Meski semangat tinggi banyak siswa menghadapi kendala dalam proses belajar. "Yang paling umum itu dari sisi biaya. Banyak yang datang dari latar belakang ekonomi pas-pasan, tapi justru mereka yang paling semangat," ujar Fitri. Faktor lain yang memengaruhi adalah lingkungan pertemanan dalam kelas serta motivasi dan kesiapan mental dari dalam diri masing-masing siswa.
Secara umum, LPK Amanah Indonesia menerima peserta berusia 18 hingga 35 tahun. "Di atas usia itu, biasanya agak sulit dari segi kemampuan belajar dan daya ingat,"Â kata Fitri. Di luar bahasa, keterampilan tambahan juga menjadi fokus mulai dari skill kerja spesifik, kepercayaan diri untuk wawancara, hingga etika budaya Jepang.
Seiring waktu, jumlah siswa di LPK terus meningkat. Fitri menyebutkan bahwa lembaganya kini sudah memiliki gedung sendiri dan menjalin kerja sama dengan banyak sekolah menengah kejuruan (SMK) dan SMA. "Kami aktif sosialisasi dan ikut job fair. Banyak yang tertarik karena melihat saudara atau tetangganya sukses bekerja di Jepang," jelasnya.