Kemacetan pasti sudah  pernah dialami oleh Kompasianer. Apalagi, bagi Kompasianer, yang mengemudikan kendaraan kemana-mana, pasti hal tersebut membuat Kompasianer bete.Â
Kemacetan dapat diumpamakan bak "Si Komo Lewat", dalam lagu ciptaan Kak Seto, salah satu psikiater lulusan universitas ternama di Indonesia.Â
Tidak hanya  berdampak pada kejiwaan seseorang, kemacetan juga menimbulkan pemakaian bensin yang boros.Â
Lantas, pengendara perlu mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk pemakaian bensin.Â
Dengan pengeluaran yang boros dan memakan waktu yang lama, akan menurunkan minat orang-orang untuk berpergian. Â
Lantas, apa yang harus dilakukan Kompasianer dalam mencegah kemacetan yang tiada henti di jalan raya?Â
Pilihan yang utama adalah menggunakan transportasi publik.Â
Memang, transportasi publik yang memadai belum banyak ditemukan si seluruh pelosok Indonesia.Â
Tetapi, pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengembankan transportasi publik yang memudahkan segala aktivitas. Â
Dapat ditarik kesimpulan, PT. Transjakarta adalah BUMD yang bergerak dibawah naungan PT. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.Â
Kehadiran perusahaan ini juga membawa untung bagi perekonomian daerah, karena biaya ongkos transportasi yang didapat dari penumpang bisa tersalurkan sebagai pendapatan perekonomian daerah.Â
PT. Transjakarta juga bermitra dengan anak usaha Astra, PT. United Tractors, dalam mengembangkan infrastruktur yang kuat dalam memuaskan pelayanan publik.Â
Banyak manfaat yang ditimbulkan  dengan hadirnya  Transjakarta.Â
Tak hanya eco-friendly, melainkan juga ramah di kantong.Â
Dengan tarif sebesar Rp3,500,00 Kompasianer bisa berkunjung ke wilayah mana saja asalkan pada destinasi yang dituju telah menyediakan pelayanan Transjakarta.Â
Transaksi yang dilakukan pun cukup mudah. Â
Penumpang hanya perlu tap 2 kali pada mesin tap yang letaknya di dekat pintu masuk busway.Â
Otomatis, saldo akan terambil oleh mesin.Â
Pastikan Kompasianer memiliki saldo e-money yang cukup, ya.Â
Dan, apabila Kompasianer tidak tahu arah jalan pulang, bisa tanya kepada penumpang angkutan lain atau pramusapa di halte.Â
Tidak seperti angkutan kota  yang dulu, dimana terdapat pencopetan.Â
Transjakarta berusaha menindak pencopetan dengan adanya fasilitas CCTV dan lainnya yang meminimalisir aksi tersebut.Â
Udara yang dingin di dalam Transjakarta membuat Kompasianer perlu membawa jaket apabila tidak kuat dengan suhu dingin.Â
Bagi penumpang yang diutamakan seperti lansia, ibu hamil, maupun disabilitas akan diberikan pun sebagai penanda atau identifikasi.Â
Dengan melihat pin yang dikenakan, penumpang lain yang bukan prioritas akan memberikan bangku bagi penumpang prioritas.Â
Tije, akronim dari Transjakarta,  juga tidak ditujukan  kepada masyarakat dari kalangan ekonomi ke bawah saja.Â
Bahkan, Krisdayanti, salah satu diva Indonesia, dengan bangga disorot kamera dikarenakan telah menggunakan infrastruktur yang telah menjadi dambaan kota Jakarta.Â
Dibandingkan dengan menghadapi kemacetan yang memakan waktu berjam-jam lebih disarankan untuk memakai transportasi umum, seperti Transjakarta.
 Selain menghemat uang, Kompasianer juga dapat mendukung gerakan anti polusi lingkungan secara tidak langsung.Â
#EveryStoryMatters
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI