Konon ada desas desus yang menyebutkan bahwa propaganda ISIS mulai masuk ke lingkungan sekolah, yakni melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan remaja masjid. Belakangan, perkumpulan remaja masjid banyak mendapat citra kurang baik. Ada yang beranggapan bahwa siswa yang bergabung di dalamnya cenderung mengeksklusifkan diri dan tidak mau membaur dengan teman-teman lain di sekolah.
Saya menduga bahwa isu mengenai masuknya paham ISIS disebabkan ketika sekelompok orang membentuk sebuah komunitas yang tampak eksklusif oleh orang awam, maka kelompok tersebut berisiko dicap negatif oleh lingkungannya karena beberapa alasan. Salah satu alasannya bisa jadi adalah anggapan bahwa remaja masjid bertindak dengan penuh hati-hati, tidak seperti kebanyakan remaja pada umumnya yang cenderung terbuka dan blak-blakan.
Menurut saya, ada alasan tersendiri mengapa para remaja masjid bersikap hati-hati dalam setiap tindakan, yakni karena ingin belajar untuk lebih taat melaksanakan amalam-amalan baik yang diajarkan oleh Islam. Sebaliknya, para remaja awam cenderung utnuk menjalani hidup dengan suka cita tanpa memikirkan beban. Jika dipersingkat, maka para remaja masjid ini adalah kelompok minoritas dan para remaja awam adalah kelompok mayoritas.
Sebagaimana kita tahu, biasanya mayoritas lah yang mendiskreditkan minoritas, dan hal tersebut terjadi dalam situasi yang terjadi pada kasus ini. Para remaja awam bisa saja terprovokasi oleh isu mengenai ISIS yang gencar diberitakan di media saat ini. Lalu ketika muncul isu bahwa kegiatan remaja masjid disusupi oleh ISIS, maka hebohlah pergunjingan antar siswa.
Untuk menghindari semakin dalamnya pengaruh ISIS masuk ke ranah kehidupan siswa, sebaiknya pihak sekolah segera bertindak cepat menanggulanginya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membentuk gerakan remaja tolak ISIS. Gerakan ini utamanya mengajak kerja sama dengan remaja masjid sebagai penggerak utama kampanye ini ke lingkungan sekolah. Manfaat positif yang didapat dari gerakan ini bersifat ganda, yaitu meredam desas-desus masuknya paham ISIS, kemudian mengembalikan nama baik komunitas remaja masjid, serta mendorong para remaja untuk aware dengan paham ISIS yang sesat agar lebih waspada dan tidak mudah terhasut olehnya.
Namun terlepas dari itu semua, ada pelajaran penting yang dapat kita petik terkait upaya deradikalisasi ISIS di Indonesia, yaitu fakta bahwa remaja adalah target terbesar ISIS saat ini. Telah banyak berita di dunia mengabarkan mengenai remaja-remaja yang terpengaruh oleh ISIS dan tercuci otaknya menjadi simpatisan kelompok radikal tersebut. Remaja tidak dapat bergerak sendiri tanpa dorongan semangat serta naungan bijak dari para golongan tua. Oleh karena itu, gerak bimbingan pada remaja (termasuk siswa) perlu digiatkan segera agar pengaruh ISIS dapat teratasi secara dini.
Â
Â