Salah satu tantangan di era kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini adalah masihnya provokasi dan pesan kebencian di media sosial.Â
Banyak sekali informasi bohong bertebaran, yang secara sengaja dimunculkan untuk membuat kegaduhan. Tak jarang provokasi yang dimunculkan mengandung sentimen SARA.Â
Tak heran banyak orang yang mudah tersinggung atau marah, karena terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan. Tantangan ini harus menjadi perhatian kita bersama.
Seperti kita tahu, dampak dari intoleransi dan provokasi radikalisme, telah membuat kerukunan antar umat beragama yang selama ini terjalin bisa berantakan.Â
Tidak sedikit amarah yang terpendam tersebut berujung pada perilaku intoleran. Dan kalau sudah pada tataran aksi, maka potensi terjadi konflik di tengah masyarakat akan mudah terjadi.
Pada titik inilah perlu cara untuk menguatkan, agar tidak mudah terpengaruh dengan informasi yang menyesatkan. Perlu ad acara kolektif, untuk menyebarkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, agar bisa menjadi tameng bagi infomasi dan paham dari luar yang sangat menyesatkan bagi Indonesia.Â
Jika kita semua terus membiarkan penyebaran bibit intoleransi dan radikalisme di dunia maya, maka generasi penerus akan semakin banyak yang menjadi korban. Terlebih aktifitas masyarakat di dunia maya frekwensinya cukup sering.
Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk melawan intoleransi dan radikalisme adalah menguatkan tali persaudaraan. Karakter manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.Â
Setiap manusia saling membutuhkan satu dengan lainnya. Tidak bisa manusia hidup sendiri, atau mengurung pola pikirnya dengan tidak menyerap informasi secara terbuka.Â
Namun demikian, sebelum pada titik open minded, menyerap informasi dari luar kota, tentu harus dilandasi fondasi pemikiran yang kuat terlebih dulu. Diantaranya pemahaman tentang kearifan lokal, nilai agama dan kebangsaan.