Tak terasa udah lebih dari 1 tahun, masyarakat Indonesia hidup di tengah pandemi covid-19. Selama itu pula, sudah ribuan orang meninggal. Ribuan orang dinyatakan positif.Â
Ribuan orang di putus hubungan kerja karena banyak perusahaan yang gulung tikar. Perekonomian melambat. Bahkan Indonesia masih memasuki masa resesi setelah berbulan-bulan pertumbuhan ekonominya masih minus.
Kita semua sadar, mungkin virus covid-19 ini tidak sepenuhnya hilang dari bumi ini. Hal yang sama juga terjadi pada virus-virus yang lain.Â
Untuk itulah, perlu ada scenario untuk bisa hidup berdampingan dengan virus covid-19. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membentuk kekebalan kelompok melalui vaksinasi. Dengan adanya vaksinasi ini, masyarakat diharapkan imunnya mulai kuat. Meski vaksinasi tidak bisa menolak virus, namun antibody badan kita akan jauh lebih kuat jika sudah divaksinasi.
Pemerintah pun kemudian berusaha mendatangkan vaksin dari luar negeri. Karena Indonesia masih belum bisa memproduksi. Saat ini Indonesia masih dalam proses uji klinis, diharapkan tahun depan baru bisa memproduksi vaksin sendiri yang diberi nama vaksin merah putih.Â
Pemerintah pun memutuskan membeli vaksin dari beberapa negara, salah satunya China. Namun keputusan ini sempat mendapatkan reaksi negatif. Provokasi demi promokasi pun kemudian muncul.
Provokasi inilah yang membuat kita akhirnya tidak bisa melihat persoalan pandemi ini secara utuh. Sebagian orang melihat vaksin dari 1 sudut pandang saja. Sementara dalam kondisi darurat seperti sekarang ini, untuk memahami sebuah peristiwa, kebiajakan atau yang lainnya perlu dilihat dari berbagai sisi.Â
Pada titik inilah pentingnya edukasi. Dan salah satu edukasi yang penting adalah literasi dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Vaksinasi penting untuk menguatkan kekebalan kelompk. Tapi edukasi juga penting, agar kita bisa tahu bagaimana mencegah penularan virus, serta tidak mudah terprovokasi dengan informasi-informasi yang menyesatkan terkait covid-19. Kombinasi keduanya penting untuk dilakukan agar tidak menciptakan kebingungan di masyarakat. Karena kita tahu, budaya baca masyarakat kita masih rendah.Â
Karena itulah menjadi tugas kita para generasi muda, untuk menjembatani masyarakat yang literasinya rendah, tapi bisa mengakses informasi yang benar dan tidak menyesatkan.