Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewaspadai Politik Identitas Dalam Isu Palestina

23 Mei 2021   08:09 Diperbarui: 23 Mei 2021   08:22 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Palestina - liputan6.com

Prof. Rashid Khaldi, salah satu sejarawan Amerika-Palestina di Columbia University di dalam bukunya "Palestinian Identity" menyebutkan, konflik yang meledak antara Israel dan Palestina memungkinkan bisa dilakukan. 

Menguatnya politik identitas dalam isu tersebut, semestnya bisa menjadi perhatian semua pihak. Karena saat ini banyak pihak yang menggiring opini yang salah dalam melihat konflik tersebut. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang memandang isu ini hanya dari kacamata yang sempit.

Menurut Prof. Rashid Khaldi, konflik yang terjadi di Palestina lahir karena rekonstruksi berbagai kepentingan dan dikuatkan indetitas kedua pihak. Identitas yang dimaksud adalah Islam dan Yahudi. 

Itulah kenapa yang muncul kemudian adalah konflik agama antara Islam dan Yahudi. Pembahasan yang sering muncul di media sosial lebih banyak siapa yang menyerang siapa. Ketika isu ini terus digulirkan, maka api permusuhan akan terus menyala. Dan jika solidaritas global yang muncul ini juga masuk dalam sentimen tersebut, dikhawatirkan akan semakin menguatkan politik identitas global.

Satu hal yang perlu diingat adalah baik di Israel ataupun Palestina, masyarakatnya heterogen seperti Indonesia. Israel misalnya, 74,9 persen merupakan orang Yahudi, 21,1 persen orang Arab, dan sisanya dari berbagai suku bangsa. 

Dalam hal agama, 78 persen Yahudi, 18 persen Islam, Kristiani dan Druze masing-masing sebesar 2 persen. Di Palestina sendiri, ada juga masyarakat dari Yahudi, Druze dan beberapa suku bangsa lain. 

Dalam hal agama, meski mayoritas muslim (sekitar 85 persen), tetapi juga ada yang Kristiani. Jika melihat data diatas, apakah benar jika dikatakan konflik agama? Bahkan di Israel sendiri pun ada salah satu pejabat publiknya dari Muslim Arab.

Sekali lagi, penting bagi kita yang ada di lingkaran luar, untuk melihat persoalan secara utuh dan obyektif. Bahwa aksi kekerasan Israel terhadap masyarakat Palestina dikutuk iya, agresi militer yang menewaskan anak-anak memang perlu di kecam. 

Bahkan, pemerintah Indonesia pun dengan tegas mengutuk kekerasan Israel terhadap masyarakat Palestina. Atas nama kemanusiaan, aksi militer yang menewaskan masyarakat tak berdosa harus dilawan, tidak peduli itu dilakukan Israel atau bukan. Karena kemerdekaan itu melekat pada diri manusia sejak dari lahir.

Persoalan politik identitas ini, juga bisa merambah ke Indonesia, jika diantara kita terus menggulirkan tanpa membekali diri dengan literasi yang benar. 

Masih ada sebagian masyarakat yang sulit membedakan antara Yahudi dan Zionisme. Karena dari awal sudah membatasi secara sempit, akhirnya isu yang muncul di media sosial pun bergerak liar. Jika masyarakat awam gagal paham, dikhawatirkan akan memperkuat sesat pikir di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun