Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkuat Literasi di Tengah Maraknya Provokasi dan Ilusi

25 Januari 2020   19:29 Diperbarui: 25 Januari 2020   19:37 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi - lampungpost.co

Tidak ada yang tahu pasti mulai kapan penyebaran kebencian ini begitu marak di dunia maya. Juga tidak ada yang tahu apa motif penyebaran provokasi dan informasi yang menyesatkan itu. Namun penyebebaran provokasi dan informasi yang menyesatkan tersebut, jelas memberikan dampak negative bagi masyarakat. Terlebih jika masyarakat tersebut begitu mudah percaya, dan tidak pernah memastikan kebenaran informasi tersebut, maka akan sangat mudah terpengaruh.

Bagi sebagian orang istilah literasi masih asing. Sederhananya literasi adalah proses belajar melalui membaca dan menulis. Melalui proses ini, seseorang akan bisa mengolah dan memahamis sebuah informasi. Seseorang yang biasa melakukan literasi, cenderung akan melakukan cek dan ricek tetang kebenaran informasi tersebut. Misalnya, dia menadapatkan informasi tentang jika seseorang tidak makan, maka manusia itu akan sakit dan meninggal. Lalu dia mencoba untuk mencari tahu, apa benar orang tidak makan akan langsung sakit? Atau orang lemah yang langsung sakit atau seperti apa? Proses mencari tahu itulah yang disebut dengan literasi.

Lakukan proses literasi ini dalam segala hal. Literasi akan membuat kalian menjadi pribadi yang kritis. Sikap kritis ini membuat kalian tidak mudah percaya begitu saja dengan setiap informasi yang berkembang. Ajukan pertanyaan di setiap informasi yang kalian terima. Kenapa, kenapa dan kenapa. Kenapa ada orang yang melakukan persekusi? Kenapa mereka memukul orang lain sambil bertakbir? Kenapa mereka terus mencaci tapi disisi lain menyatakan berjuang di jalan Allah. Kenapa mereka mengatakan sebagai raja dan ratu kerjajaan, tapi setelah itu marak aksi penipuan.

Mari kita belajar dari peristiwa yang terjadi dalam beberapa tahun kebelakang ini. Kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa tahun lalu, bisa kita jadikan pembelajaran. Kasus pembakaran tempat ibadah tersebut dipicu dengan informasi provokatif yang berkembang di media sosial. Amarah masyarakat terus disulut dan diarahkan untuk membakar tempat ibadah. Jika melihat kasus tersebut, siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan? Tentu saja kita semua yang dirugikan.

Toleransi yang selama ini dipupuk, mendadak hilang berganti dengan intoleransi yang merugikan banyak pihak. Keramahan yang selama ini menjadi karakter masyarakat kita, mendadak berubah menjadi amarah yang membabi buta. Semuanya itu terjadi karena sebagian orang tidak membekali dirinya dengan informasi yang benar. Bahkan ketika ada informasi tentang keraton agung sejagat semua orang langsung percaya, dan menyerahkan sejumlah uang untuk mendapatkan imbalan. Ketika dikatakan negara khilafah, langsung percaya dan berbondong-bondong bergabung dengan ISIS. Padahal semua itu hanyalah ilusi belaka.

Mari saling introspeksi. Stop provokasi dan penggiringan opini yang menyesatkan. Kita semua adalah bersaudara. Mari saling bergandengan tangan dan menjaga lingkungan kita tetap aman, nyaman dan tetap terjaga ke beragamannya. Mari kita tetap saling toleran, agar generasi selanjutnya tidak saling berseteru satu dengan yang lainnya. Mari kita membekali diri dengan ilmu pengiatahuan, agar tidak mudah terjebak dalam bujuk rayu provokasi dan ilusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun