Mungkin diantara kita pernah punya pengalaman, ketika orang tua meminta kita meminta maaf setelah melakukan kesalahan. Hal ini biasanya ditanamkan ketika kita masih kecil. Dan pada umumnya anak kecil melakukannya, meski awalnya mungkin ada keterpaksaan. Namun jika tujuannya untuk kebaikan, hal tersebut harus dilakukan meski agak terpaksa.Â
Nah, belajar dari contoh kecil diatas, apakah hal itu mungkin dilakukan di era sekarang ini? Di era ketika ujaran kebencian meraja lela. Di era ketika orang mudah mencaci, membenci dan marah hanya karena persoalan yang sepele. Maukah kita meminta maaf dan memberikan maaf seperti yang pernah kita lakukan dimasa kecil?
Meminta maaf mungkin merupakan perilaku yang sepele. Dan semestinya semua orang bisa melakukannya. Namun jika masih ada dendam di dalam hati, tentu meminta maaf akan sulit dilakukan. Untuk itulah, mari kita biasakan saling meminta maaf dan memberikan maaf antar sesama.Â
Bukankah dalam ajaran agama apapun juga dianjurkan untuk saling memberikan maaf jika ada kesalahan? Bukankah dalam adat istiadat berbagai macam suku di Indonesia juga mengadopsi budaya saling memberikan maaf?
Pekan kemarin, Mahkamah Konstitusi telah memutuskan sidang sengketa pemilu. Komisi Pemilihan Umum pun telah menetapkan presiden dan wakil presiden terpilih. Diharapkan semua orang bisa cooling down, tidak lagi saling seteru seperti masa kampanye.Â
Diharapkan para elit politik tidak lagi saling caci, yang bisa memicu terjadinya kegaduhan. Begitu juga dengan masyarakat bawah, diharapkan tidak ada lagi saling menebar hoaks dan segala macamnya. Saatnya rekonsiliasi. Saatnya membuang kubu ini kubu itu. Mari kita kembali bersatu seperti yang diamanahkan dalam sila ketika Pancasila, Persatuan Indonesia.
Negeri ini butuh pengawal. Dan sebagai generasi penerus, kita harus mengawal negeri ini agar berjalan menuju arah yang benar. Dan hidup dalam perdamaian merupakan tujuan kita bersama. Indonesia tidak boleh menjadi negara konflik, karena memang bukan negara konflik.Â
Mari terus menebarkan pesan perdamaian, agar bibit kebencian yang sempat menyebar di dunia maya dan nyata bisa dinetralisir. Mari buang sifat amarah agar sifat ramah tidak punah.
Tidak ada salahnya meminta maaf jika memang kita telah melakukan kesalahan. Dan tidak ada salahnya kita memberikan maaf, jika memang ada yang mengakui kesalahannya. Ingat, manusia adalah tempatnya dosa.Â
Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan dosa. Karena itulah, mari tetap mengedepankan rekonsiliasi, agar keragaman negeri tetap harmoni. Agar generasi penerus negeri bisa merasakan bagaimana indahnya Indonesia dengan berbagai keragamannya.