Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meneguhkan Literasi di Antara Maraknya Provokasi Digital

22 Juni 2019   13:01 Diperbarui: 22 Juni 2019   13:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi Media - makassar.terkini.id

Ada pepatah yang mengatakan 'apa yang kau tebar, itulah yang akan kau tua'. Apa yang kau lakukan, itulah yang akan kau rasakan. Pepatah itu rasanya masih berlaku di era yang serba modern ini. Ketika kita menebar bibit kebaikan, makan kebaikanlah yang akan kita dapatkan di kemudian hari. Sebaliknya, jika menebar keburukan dimana-mana, provokasi dan kebencian, maka yang lahir adalah generasi yang mudah marah, intoleran dan gemar menebar provokasi kekerasan. JIka ini yang terjadi, maka negeri yang tentram dan damai ini, pelan-pelan akan diambang kehancuran, hanya karena tak bisa berujar dan berperilaku yang baik di dunia maya dan dunia nyata.

Di era kemajuan teknologi ini, apa yang terjadi di dunia nyata bisa jadi dipengaruhi dengan apa yang diserap di dunia maya. Apa yang dilakukan oleh RA, pemuda asal Surakarta, Jawa Tengah yang meledakkan dirinya di pos polisi di penghujung Ramadan kemarin, tidak bisa dilepaskan dari apa yang dia serap di dunia maya. 

Sebelum aksi peledakan diri itu, RA telah menyerap pesan-pesan radikal yang dia akses di dunia maya. Perkitan bom yang dia lakukan pun secara otodidak, setelah mendapatkan informasi digital. Hingga akhirnya dia memutuskan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara meledakkan diri, meski gagal.

Aksi persekusi yang terjadi selama tahun politik ini, juga tak bisa dilepaskan dari informasi yang berkembang di dunia maya. Minimnya budaya literasi, membuat masyarakat begitu mudah menyerap informasi menjadi sebuah kebenaran. Akibatnya, masyarakat mudah diprovokasi dengan informasi yang menyesatkan. Apalagi ketika informasi itu bernuansa SARA, potensi konflik antar masyarakat sewaktu-waktu bisa terjadi. Dan sepanjang tahun politik kemarin, potensi konflik itu begitu kuat. Bahkan setelah pilpres, potensi konflik yang disulut dari ujaran kebencian dan hoaks di media sosial, terus mengalami peningkatan.

Karena itulah, membekali diri dengan informasi yang benar, membiasakan diri dengan cek ricek informasi, merupakan hal yang wajib dilakukan di era digital ini. Kenapa? Karena penyebaran informasi begitu pesat. Informasi dari mana-mana masuk ke smartphone kita. Jika kita tidak bisa memiliah informasi yang benar, maka kita akan bisa mendapatkan informasi yang salah dan menyesatkan. Persoalannya, setelah kita mendapatkan informasi yang sesat, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terus menebar provokasi setiap hari di media sosial. Pada titik inilah, terkadang banyak orang tidak bisa lagi memilah mana yang baik dan mana yang buruk.

Mari saling mengingatkan, agar tidak banyak lagi masyakat yang menjadi korban. Media mainstream juga harus lebih aktif lagi, memberikan pemahaman yang utuh ke masyarakat, untuk tidal lagi membekali diri dengan literasi. Media mainstream juga harus bisa memberikan informasi yang valid, dan tidak ikut-ikutan menebar informasi yang menyesatkan. 

Begitu juga dengan dunia akademisi, pemerintah, dan semua elemen masyarakat harus terus mengingatkan pentingnya literasi. Mari juga saling membantu untuk meningkatkan budaya baca masyarakat yang masih rendah. Dengan bertambahnya budaya baca, maka budaya literasi diharapkan bisa meningkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun