Mohon tunggu...
hajriani muchtar juma
hajriani muchtar juma Mohon Tunggu... mahasiswa

kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran ASI Eksklusif Dalam Menurunkan Risiko Diare Pada Bayi

25 September 2025   22:50 Diperbarui: 25 September 2025   22:30 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan asupan terbaik bagi bayi sejak lahir hingga usia enam bulan. Pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, termasuk air putih dan susu formula terbukti memiliki peranan penting dalam menunjang pertumbuhan dan menjaga daya tahan tubuh bayi. Salah satu manfaat utama dari ASI eksklusif adalah kemampuannya dalam menurunkan risiko terjadinya diare pada bayi, yang hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di bawah lima tahun.

            Diare merupakan salah satu masalah kesehatan global yang masih menjadi penyebab utama kematian pada anak di bawah lima tahun. Data WHO tahun 2017 menunjukkan bahwa sekitar 1,7 miliar kasus diare terjadi setiap tahun di seluruh dunia, dan UNICEF memperkirakan sekitar 480.000 anak meninggal setiap tahunnya akibat diare. Di Indonesia sendiri, Riskesdas 2018 melaporkan prevalensi diare pada bayi mencapai 12,3%, angka yang cukup tinggi meskipun sedikit menurun dari tahun 2013 yang mencapai 18,5%, Kondisi ini menunjukkan bahwa pencegahan melalui intervensi sederhana, seperti pemberian ASI eksklusif, menjadi sangat penting.

            Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih berisiko terkena diare dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Studi yang dilakukan di Kabupaten Tangerang menemukan bahwa sebanyak 54% bayi yang tidak diberi ASI eksklusif mengalami diare, sementara pada bayi yang mendapat ASI eksklusif angkanya hanya 18,6%. Hasil analisis menunjukkan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif memiliki risiko lima kali lebih tinggi terkena diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Penelitian lain di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar, Jawa Tengah, juga menunjukkan temuan yang sama. Dari 58 responden bayi berusia 0--12 bulan, sebanyak 54,8% bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif mengalami diare, sementara pada kelompok bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya 11,1% yang mengalami diare. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif hamper dua kali lebih berisiko mengalami diare dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.

            Secara biologis, ASI memberikan perlindungan dari diare melalui berbagai zat aktif yang terkandung di dalamnya, seperti imunoglobulin A sekretori (sIgA), laktoferin, lisozim, dan faktor bifidus. Kandungan imunoglobulin A sekretori (sIgA) berfungsi mencegah bakteri patogen menempel pada mukosa usus dan menghambat pertumbuhan bakteri, Laktoferin mampu mengikat zat besi sehingga dapat menghambat perkembangbiakan bakteri, Lisozim dapat merusak dinding sel bakteri pathogen, dan faktor bifidus menciptakan suasana asam di dalam usus bayi yang menghambat kolonisasi kuman penyebab diare. ASI pertama yang keluar setelah persalinan dikenal dengan sebutan Kolostrum yang mengandung kaya akan komponen imunologi tersebut dan menjadi pertahanan awal yang sangat penting bagi bayi.

            pemberian ASI eksklusif juga melindungi bayi dari risiko infeksi yang berasal dari luar. Bayi yang diberi susu formula atau makanan tambahan sejak dini lebih rentan terpapar kontaminasi bakteri akibat kebersihan botol, air, atau peralatan makan yang kurang terjaga. Dengan ASI eksklusif, bayi mendapatkan asupan yang steril, higienis, dan sesuai kebutuhan gizinya. Meskipun ASI eksklusif memiliki manfaaat yang sangat besar, tantangan dalam pelaksanaannya masih tinggi. Beberapa ibu beranggapan bahwa ASI mereka tidak cukup atau merasa khawatir bayi akan lapar jika tidak diberikan tambahan makanan. Penelitian menunjukkan bahwa alasan terbanyak ibu tidak memberikan ASI eksklusif adalah karena produksi ASI dirasa sedikit, ASI tidak keluar pada hari pertama, serta keterbatasan waktu karena bekerja Padahal, produksi ASI sebenarnya dapat meningkat dengan frekuensi menyusui yang sering, terutama sejak jam pertama kelahiran melalui inisiasi menyusu dini (IMD). Dukungan tenaga kesehatan, edukasi tentang teknik menyusui, serta kebijakan cuti melahirkan yang memadai sangat berperan dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

            Dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif terbukti efektif dalam menurunkan risiko diare pada bayi. Dua penelitian yang dianalisis menunjukkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko lebih tinggi, mulai dari hampir dua kali lipat untuk mengalami diare dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Oleh karena itu promosi, edukasi, dan dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif harus terus ditingkatkan, baik melalui program kesehatan masyarakat maupun kebijakan pemerintah. Optimalisasi ASI eksklusif bukan hanya meningkatkan status gizi bayi, tetapi juga menyelamatkan ribuan nyawa anak setiap tahunnya dari ancaman penyakit diare.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun