Mohon tunggu...
Haji Sobari
Haji Sobari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jurus Anti Bencana DKI

2 September 2016   16:35 Diperbarui: 6 September 2016   12:50 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: citraindonesia.com

Negeri Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alamnya. Hampir semua pihak mengakui fakta tersebut. Letak strategis negeri ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat Indonesia dibanding benua atau negara belahan lain di dunia. Sebagai contoh, Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasifik di utara Irian dan Maluku utara.

Di satu sisi kondisi ini menyebabkan wilayah Indonesia rawan gempa bumi, tanah longsor, dll. Namun di sisi lain, posisi Indonesia demikian memberikan suatu berkah luar biasa yang tidak didapatkan negara lain. Sumber daya berupa gas alam, energi dan tambang seolah tinggal menunggu untuk dieksplor dan disebarkan demi kesejahteraan rakyat di atasnya.

Namun demikian apa guna sebuah negara yang kaya akan potensi sumber daya alamnya jika sumber daya manusianya tidak mendukung. Manusia merupakan entitas penting dalam proses pemberdayaan alam. Kualitas manusia maka menjadi hal yang tidak bisa disepelekan begitu saja. Alih-alih negara impian seperti Indonesia ini bisa menjadi negara terbelakang bahkan terpuruk jika SDMnya tidak mampu menyokong.

Kaitannya dengan alam dan manusia negeri ini maka tidak lepas dengan serangkaian kejadian alam yang menyudut pada bencana kita alami. Sebut saja Tsunami Aceh yang terjadi di tahun 2004 dulu. Meski telah lewat hampir 10 tahun lamanya namun kilas bencana itu tidak lepas dari pelupuk masyarakat bangsa ini.

Bukan sebagai klenik atau menakut-nakuti. Alam yang memberikan pertanda berupa bencana salah satunya ada andil kerusakan yang dibuat oleh manusianya. Sebut saja kemudian, banjir di wilayah ibukota Jakarta. Semula banjir ini seperti pemilu yang datang lima tahunan namun kini ia menyambangi warga Jakarta hampir tiap musim hujan datang. Ada apa gerangan?

Kita tidak boleh lupa pada janji para calon pemimpin sebelumnya saat hendak menjadi DKI-1. Janji mereka tentu salah satunya dapat menuntaskan kemelut ibukota yang ibarat penyakit langganan, yakni banjir. Masih segar ingatan kita pemimpin DKI kini yang menyebutkan banjir sebagai genangan air saja.

Memang janji menuntaskan kemelut Ibukota nampak sebagai sebuah optimisme yang layak diapresiasi. Di sisi lain, janji itu nampak sebagai utopia belaka. Jangan sampai ungkapan dapat menuntaskan banjir hanya sesumbar belaka yang tidak dibarengi dengan upaya menuntaskan banjir hingga akarnya. Jangan sampai janji tersebut malah dicap sebagai bentuk kesombongan yang malah mendatangkan banjir yang lebih buruk dari masa sebelumnya.

Salah satu cara yang layak untuk diperjuangkan bagi kita warga DKI Jakarta untuk menghadapi bencana banjir langganan ini adalah dengan memilih pemimpin yang kredibel dan layak. Peluang itu bisa kita dapati di pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 nanti. Apa hubungannya bencana DKI dengan pemilihan gubernur? Tentu sangat berhubungan. Dengan terpilihnya pemimpin yang handal baik terhadap manusia maupun alamnya maka menjadi salah satu jalan menuju Jakarta yang terbebas dari bencana banjir.

Kriteria itu muncul pada sosok Saefullah. Sosok ini bukan termasuk sosok pemimpin yang gemar pamer, sok tegas maupun bukan pula sosok yang kata-katanya ‘nylekit’ bagi rakyat. Sosok Saefullah juga bukan sosok zalim kepada wong cilik. Ia gemar untuk membersamai masyarakat baik dalam kegiatan sosial maupun keagamaan yang sifatnya sukarela.

Semoga kita dapat membuka hati dan mata kita untuk dapat memilih pemimpin tepat bagi DKI yang mampu membebaskan Jakarta dari bencana banjir maupun bencana sosial masyarakat lainnya. Maju, Saefullah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun