Apakah kelesuan ekonomi tidak hanya karena transisi politik tetapi hal ini dikarenakan kesalahan kebijakan sebelumnya, korupsi yang sangat masif diberbagai sektor, hutang yang semakin banyak, kegiatan investasi dan ekonomi  yang stagnan, biaya politik yang sangat tinggi dan bersamaan ? Dan seterusnya !
Jika kita telaah lebih jujur dan luas, maka lesunya ekonomi saat ini bukan hanya disebabkan oleh transisi politik semata, tapi merupakan akumulasi dari berbagai faktor sistemik yang telah berlangsung lama dan kini "menuai hasilnya". Berikut beberapa poin penting:
1. Kesalahan Kebijakan Ekonomi Sebelumnya
Banyak kebijakan ekonomi sebelumnya yang terlalu berorientasi jangka pendek dan kosmetik, bukan pada fondasi yang kokoh. Fokus pada pertumbuhan angka-angka makro, tapi kurang memperhatikan pemerataan, penguatan sektor riil, dan ketahanan ekonomi lokal. Contohnya:
- Ketergantungan impor pangan, pupuk, dan barang konsumsi.
- Hilangnya banyak industri kecil karena kalah bersaing dengan barang luar.
- Sektor pertanian dan kelautan belum benar-benar diberdayakan.
2. Korupsi yang Masif dan Sistemik
Korupsi bukan lagi persoalan oknum, tapi telah menjadi sistem dalam banyak sektor, dari proyek infrastruktur hingga bansos. Akibatnya:
- Anggaran bocor, proyek mangkrak, kualitas belanja rendah.
- Investasi takut masuk, karena biaya ekonomi jadi mahal dan tidak pasti.
- Rakyat tidak percaya lagi, sehingga semangat produktif dan partisipasi publik menurun.
3. Utang Negara yang Meningkat
Utang Indonesia semakin besar, dan meski masih dalam "batas aman" versi pemerintah, namun:
- Beban bunga sangat tinggi, menyedot anggaran negara.
- Membatasi kemampuan pemerintah untuk belanja produktif.
- Utang luar negeri membuat kita rentan terhadap gejolak global (suku bunga, nilai tukar).
4. Stagnasi Investasi dan Dunia Usaha
Banyak pelaku usaha besar dan kecil menahan ekspansi, karena:
- Ketidakpastian regulasi.
- Lesunya permintaan dalam negeri.
- Biaya logistik dan birokrasi yang tinggi.