Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Kedai Kopi Kecil, Kami Ngobrol Hal Besar (Seri I)

20 April 2021   12:07 Diperbarui: 20 April 2021   13:47 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi : Travelingyuk.com

Menghadapi Perubahan, Jiwa Generasi Harus Sehat

Di Komplek Perumahan Eden Park Batam Center menjelang kelas less bahasa inggris. Bersama bang Joy, begitu akhir nama pria ini yang saya ingat ketika bertemu lagi di 18 april 2021. Kurang lebih tiga bulan lalu sudah jadi kebiasaan saya kalau kelar kelas lanjut ngopi, sebelum atau sesudah kelar dari kelas less langsung dengan cepat mengambil tempat di depan warung. Ada kedai kecil dari warung itu yang berdekatan dengan tempat kursus,

Setiap kali, saya ada jadwal kelas selalu saja bertemu dengan bang joy di kedai itu. Setiap senin dan sabtu kami selalu habiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk ngobrol banyak hal. Terakhir, saya baru tau kalau bang joy sering minum kopi di kedai ini karena tempat kerja dia berdekatan dengan kedai. Selain berdekatan kata bang joy, kedai ini tidak banyak orangnya, mengingat musim pandemi dan dia sangat peduli dengan kesehatan karena dia punya anak dan istri karena kata dia, kedai kopi ini tak banyak orang, jadi dia paling sering minum kopi disini.

Saya bertemu dengan bang joy di dua bulan terakhir saya kursus, awalnya sok tahu dan say hallo saja sama bang joy. Sok akrab lah intinya, karena sudah jadi kebiasaan saya.

"Kopi bang" tanya saya sambil berikan isyarat apakah saya bisa duduk di tempat sebelah bang joy.

Orangnya sangat ramah, ngobrolnya asik, wawasannya sangat luas, cara menyampaikan pikiran-pikiran dia yang saya kagumi adalah dia tidak membedakan bagaimana membicarakan hal perubahan dengan orang yang baru dia kenal. Umur dia sekita 41-42 tahun.

"ayo-ayo dek" begitu jawab dia sangat ramah saat saya menanyakan sambil sodorkan kopi saya sebagai syarat mengajak dia untuk minum kopi bersama.

"sudah dek, gue juga udah pesan kok. Mari duduk !" jawab dia sembari mengajak saya duduk di kursi sebelahnya.

Sebenarnya ini bukan kedai kopi seperti coffee shop lainnya, ini hanya satu kantin biasa yang letakkan dua meja dengan masing-masing meja itu di kasi kursi empat buah. Waktu pertama kali ketemu dengan bang joy, saya pikir dia kerja sebagai buruh bangunan di depan. Karena di dekat kami minum kopi, ada sekelompok pekerja sedang mengerjakan pembangunan perumahan di dalam komplek tersebut.

"dari mana dek?" tanya bang joy setelah beberapa menit mata dia yang sedari tadi terpaut pada layar handphone milik dia sambil menundukkan kepalanya.

"Dari maluku Utara bang" jawab saya sambil mengeluarkan sebungkus rokok kretek dari rangsel samping.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun