Masalah air bersih DKI mustahil diatasi Anies dengan program pipanisasi dan potongan harga 80% bagi masyarat. Mari kita membuktikan bahwa Anies tidak mengerti masalahnya dan asal ngejeplak memfitnah Pemda DKI.
Selama bertahun-tahun, yang dihadapai oleh masyarakat DKI adalah air PAM yang mati melulu dan kotor. Banyak yang sudah bertahun-tahun membayar uang pemasangan bahkan bayar iuran namun airnya nggak kunjung mengalir. Hal demikian terjadi karena perbuatan mafia PAM di Jakarta.
Air bersih sengaja dibikin langka agar mafia PAM bebas korupsi dan ber-nepotisme ria. Karena air bersih langka maka hotel, apartemen, mall, perusahan dan orang-orang kaya pun terpaksa berlangganan sumur artesis kepada para mafia. Banyak pula pipa PAM yang dicangkok lalu disedot airnya untuk dijual sehingga masyarakat pun terpaksa membeli air.
Kerabatku sekalian, silahkan berselancar di Internet untuk membaca berita-berita bagaimana Ahok menguliti mafia PAM helai demi helai seperti menguliti bawang bombai bahkan membekuk mereka.
Setelah mafia PAM diberantas dan dilakukan perjanjian ulang dengan kedua perusahaan air minum swasta DKI, maka target Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat agar akhir tahun 2019 PAM bisa diakses oleh 99% masyarkat Indonesia pun bukan masalah besar lagi bagi Pemda DKI.
Sumber air bersih yang sejak 13 tahun lalu menjadi kendala utama sudah ditangani dan diperbanyak ketersediaannya dan kualitasnya. Pipa-pipa dan prasarana lainnya, termasuk di dalamnya sistem penagihan dan pembayaran iuran PAM pun terus digalakkan peremajaannya.
Secara cerdik Ahok menggabungkan program pengelolaan sampah dan banjir juga air kotor serta air bersih secara sinergi. Sampahnya dibersihkan, selokan, kali, sungai, danau, waduk dan tanggul-tanggul direlokasi sementara sumur resapan tersus diperbanyak, maka banjir pun teratasi.
Pengelolaan banjir yang baik menghasilkan air baku dan air kotor yang semakin banyak. Keduanya adalah bahan baku untuk diolah menjadi air bersih Jakarta.
Dengan program yang Ahok sebut “mengadministrasikan keadilan sosial,” orang-orang Jakarta yang mampu diberi kesempatan untuk membayar lebih banyak sementara masyarakat miskin disubsidi sehingga walaupun miskin namun tetap menikmati air bersih secara berlimpah.
Tidak pilih bulu. Tidak membedakan ras. Juga tidak membedakan agama. Sebagian besar program Ahok Djarod sudah dijalankan dan semakin hari semakin banyak warga DKI yang menikmati air bersih.
Namun masalah air bersih Jakarta belum tuntas. Akhir tahun 2016 cakupan pelayanan Palyja baru memberi akses 73,15% dan Aetra 59,92 % bagi penduduk. Masalah yagn dihadapi Ahok adalah kekurangan air baku.