Untuk menggelar ritual pelaho-aseik tidaklah mudah, mesti ada permintaan dari masyarakat atau isyarat dari dunia gaib terlebih dulu. Kemudian barulah segala peralatan dan sesajian dikumpulkan.
Kali ini, penulis menyaksikan ritual pelaho-aseik dalam rangka pengangkatan seorang balian yang baru di wilayah Siulak, Kerinci.Â
Dalam ritual tersebut terlihat berbagai macam sesajian dan bunga-bungaan yang digunakan, ada sirih pinang, jeruk yang telah dibelah, lemang, jadah, beras, pisang, ayam panggang dan lain sebagainya.Â
Ritual dilakukan di malam hari dan digelar dalam beberapa tahapan. Mula-mula para balian melakukan ritual di areal pinggir permukiman untuk memanggil arwah leluhur dan makhluk supernatural lainnnya yang diyakini bersemayam di Gunung, Sungai dan Laut.Â
Setelah ritual di luar rumah, ritual dihelat kembali di dalam rumah. Kali ini, ritual terfokus pada tari-tarian yang dilakukan berkeliling, mengitari sesajian searah jarum jam.Â
Tarian sakral ini diiringi oleh senandung mantra para balian yang berisi pujian kepada roh leluhur serta mantra untuk memanggil para roh leluhur hadir dalam upacara mereka.Â
Pada tahapan ini, Balian senior juga akan mengajari balian yang baru saja dilantik berbagai tahapan dan gerakan tarian dalam ritual aseik.Â
Seperti menari dengan hanya satu kaki selama berpuluh menit, menar di atas mangkuk-mangkuk putih yang telah disusun, menari sambil menjunjung susunan mangkuk di atas kepalanya, atau bahkan sampai menikamkan keris di tubuh yang tak menimbulkan luka sedikitpun.Â
Sungguh tradisi yang unik dan menarik.