Mohon tunggu...
Moh Hafid Nour Apriadi
Moh Hafid Nour Apriadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulisan

Metode pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenian Jaranan Buto Banyuwangi

22 Juni 2022   21:41 Diperbarui: 22 Juni 2022   21:44 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Urutan keluarnya penari yang tampil akan diawali dengan yang namanya prajurit biasanya terdiri dari beberapa orang yang memegang kuda kepang yang berukuran tidak terlalu besar mereka akan menari mengelilingi penonton dengan gerakan yang indah mengikuti iringan musik dari penabuh. Urutan selanjutnya adalah patih yang memegang kuda kepang yang memiliki ukuran agak besar dan juga gagah patih hanya berjumlah satu orang saja patih akan menari dengan gagah dibandingkan prajurit karena patih memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari prjurit. Yang terakhir adalah raja yang akan keluar raja adalah yang memegang kuda kepang yang berukuran paling besar diantara yang lainnya dan juga akan berpenampilan paling gagah diantara yang lain raja akan berperan sebagai tokoh yang paling berkuasa diantara yang lainnya.

Mereka semua akan menari bersama mengikuti gerakan dar sang raja yang juga mengikuti iringan musik dari penabuh. Setelah lama menari bersama prajurit dan patih akan bergabung untuk mengalahkan sang raja dengan tujuan membuat sang raja itu menjadi kesurupan. Akan tetapi hal itu bukanlah hal yang mudah. Memerlukan waktu yang lama untuk mengalahkan seorang raja. Dengan kesombongan yang dimiliki patih akan sulit untuk mengalahkan sang raja karena patih tidak mau bergabung dengan prajurit untuk mengalahkan raja. Patih merasa dirinya paling kuat diantara yang lainnya sehingga dia tidak memerlukan bantuan dari sang prajurit dan prajuritpun akan patuh terhadap apa yang dikatakan sang patih. 

Namun sang raja tidak gampang untuk dikalahkan kalau hanya patih saja yang menghadapinya. Namun sang patih tidak ingin dirinya dianggap lemah maka dari itu sang patih nekat untuk melawan sang raja sendirian akan tetapi hasilnya tetap sama saja patih tidak dapat mengalahkan sang raja. Lama kelamaan patih menyadari bahwa dirinya memerlukan bantuan dari sang prajurit maka dari itu akhirnya mereka bekerjasama dan pada akhirnya sang raja akan takhluk oleh mereka.

Setelah takhluk raja akan dipojokkan ketempat yang sudah tersedia bunga dan sesajen. Disitu sang raja akan dihampiri oleh gambuh dan akan kesurupan dengan memakan bunga kenanga dan juga memakan beras kuning yang sudah diberikan minyak khusus oleh gambuh. Ketika kesurupan sang raja akan di cambuk oleh para prajurit menggunakan cambuk yang terbuat dari lidi. Selain di cambuk sang raja juga akan dipukul menggunakan batang dari daun kelapa yang sudah kering. Lama kelamaan sang raja akan mengamuk dan mengejar orang yang memukulnya tersebut dan akan menubruknya sehingga jatuh dan harus ditolong oleh sang gambuh yang ada.

Selain mengamuk orang yang kesurupan akan mencari para penonton yang mengganggu dan apabila orang yang mengganggu tersebut mampu ditangkap orang tersebut akan ikut kesurupan juga. Hal yang membuatnya semakin seru ketika sang raja akan memegang kepala barong yang sudah disediakan oleh gambuh untuk dipakai menari tarian barong. Sedangkan penari yang lain yang tidak ikut kesurupan akan masuk meninggalkan tempat yang ada. Dan yang masih tersisa hanya orang orang yang kesurupan saja.

Ketika menyembuhkan kesurupan gambuh memerlukan orang untuk memegangi orang orang kesurupan agar memudahkan gambuh untuk menyembuhkan orang orang tersebut. Sedangkan orang yang masih menari barong tadi dibiarkan menari dengan leluasa dan akan disembuhkan nantinya di akhir.

Konon para penari tersebut tidak sadar dan akan mengejar orang yang berani untuk mengganggu mereka yang bersiul di sekitar pementasan. Penari yang dalam keadaan kesurupan memperlihatkan atraksi memakan pecahan kaca, memakan obor api yang menyala, memakan ayam hidup hidup, dan masih banyak lagi atraksi yang akan dilakukan.

KESIMPULAN

Jaranan buto dapat diartikan kuda lumping raksasa. Keberadaan kesenian jaranan buto, tidak lepas dari cerita rakyat yang melegenda yaitu minak jingo seorang raja dari kerajaan blambangan. Konon raja minak jingo berperawakan besar dan kekar bagaikan raksasa dan buto. Sesuai dengan namanya jaranan buto, kesenian ini diperankan oleh para penari berpawakan tinggi dan besar dan juga memiliki badan yang kekar, dengan memakai kostum yang mirip dengan buto. Gerakan dari tariannya mengapresiasikan gerak gerik raksasa.

Kesenian jaranan buto menggunakan kuda atau jaran tiruan seperti pada kesenian kuda lumping, jaran kepang atau tari jathilan. Namun, ada yang berbeda dari kuda tiruan yang digunakan dalam tarian ini. Kuda tiruannya tidak menggambarkan kuda secara nyata seperti pada tarian sejenis lainnya. Kuda tiruan yang digunakan memiliki kepala menyerupai kepala raksasa atau buto yang menyeramkan.

Seperti pada kesenian tari pada umumnya, kesenian jaranan buto juga memliki keunikan riasan wajah dan kostumnya tersendiri. Jika diperhatikan tata rias wajah pemain jaranan buto terlihat menyeramkan karena menyesuaikan dengan karakter buto. Terdapat gambaran yang menyerupai taring pada wajah pemainnya. Kostum yang digunakan juga terlihat menyerupai kostum raksasa namun juga terlihat sangat gagah dengan balutan kain tradisional, selendang dan hiasan kepala. Secara keseluruhan penampilan pemain jaranan buto memang sangat jelas menggambarkan raksasa yang kekar dan menyeramkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun