Mohon tunggu...
Moh. Hadori
Moh. Hadori Mohon Tunggu... Jurnalis - Deewee Institute

Dimana bumi kita pijak, hidup manfaat luas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kegalauan Identitas

11 November 2020   23:47 Diperbarui: 12 November 2020   00:59 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi sukses, meraih impian apa yang kita inginkan agaknya sudah tidak bisa dipisahkan dari diri setiap manusia, namun tak jarang ketika mereka ditanya "tujuan hidupmu apa" kebanyakan dari mereka masih berfikir dan bertanya-tanya, kebingungan tidak tahu mau jawab apa, dari sini bisa kita tarik hipotesis sementara bahwa kebanyakan manusia tidak tahu apa tujuan hidup mereka atau bisa jadi karna mereka terlalu ambisi dan ter-Obsesi pada kesuksesan itu sendiri sehingga mereka terlena dan lupa akan tujuan hidup dan lupa akan keberadaan diri mereka sendiri yang pada akhirnya tak tentu arah.

Hal ini bisa saja terjadi karna kebanyakan dari mereka ingin menjadi seperti orang yang dilihatnya (seakan akan ia manut dan patuh pada orang lain) tapi tak jarang dari mereka melihat siapa dirinya dan dimana posisinya kebanyakan manusia mudah terpengaruh oleh orang lain dan lingkungan sekitar. Inilah kesimpulan sementara yang bisa kita tarik, nah Sekarang mari kita uji kebenarannya apakah tipe orang seperti itu ada pada dirimu? Tinggalkan jawabanmu dikolom Komentar.

Ada sebuah cerita menarik datang dari kisah hidup seorang pemuda muslim desa dimaluku utara, sejak kecil ia hidup dilingkungan muslim dengan nilai nilai adat dan tradisi Islam, hingga pada saatnya ia beranjak dewasa ia keluar dari daerah-Nya untuk menimba ilmu agama di salah satu pesantren, ironisnya notaben pesantren yang ia masuki adalah pesantren Islam keras, ajaran Islam yang benar-benar menjiplak amalan nabi Muhammad, hingga amalan sunnahpun mereka jadikan amalan wajib, selain menunaikan kewajiban sholat lima waktu, mereka juga menunaikan ibadah sunnah seolah-olah menunaikan sholat wajib yang bila mana ditinggalkan mendapat dosa, pemuda tadi menjalankan kehidupannya dengan penuh ketaatan sebagaimana doktrin ajaran yang ia anut dipesantren tersebut, hingga pada saatnya ia keluar dari pesantren dan pulang kerumahnya di maluku, selama ia berada dirumah, ia banyak menjumpai hal-hal yang membuat ia bingung seolah-olah tidak percaya, ia melihat banyak orang Islam yang tidak mencerminkan perilaku orang islam, bahkan ketika adzanpun mereka masih sibuk dengan pekerjaannya.

Ia pun kembali ke pesantrennya, seketika itu pula ia menceritakan apa yang ia lihat dan ia alami di rumahnya, ia pun kembali didoktrin untuk bagaimana ia harus menyebarkan dan mengajak orang-orang untuk mengikuti ajaran pesantren tersebut, hingga pada akhirnya ia mulai mengajak orang-orang dekatnya untuk mengikuti ajaran yang ia anut dipesantrennya itu, namun ia pun tak menumui hasil, kebanyakan dari orang yang ia ajak tidak ada yang mau dan cenderung menolak pemahaman yang ia anut.

Singkat cerita ia pun depresi karna tidak ada satupun orang yang sepemahaman dengan ia, hingga suatu saat ia mengasingkan diri di suatu tempat yang jauh dari kerumunan, ditempat itu ia merenung dan berfikir kenapa tidak ada yang mau mengikuti ajaran Islam yang ia anut sampai ia berfikir bahwa Tuhannya sendiri tidak memihak kepada dirinya, padahal ia memperjuangkan agama Tuhan tapi kenapa Tuhannya sendiri tidak berpihak kepada dirinya. Suatu saat ia duduk-duduk di amperan kontrakan yang ia tempati, tidak sengaja ia melihat teman SMP-Nya di kampung yang terkenal berandal, merekapun berbincang bincang dan betukar cerita hingga si pemuda tadi terpengaruh oleh teman-Nya yang berandal tadi, hari demi hari berlalu hingga pada suatu hari temennya tadi membawa tepung penenang, tepung itu mereka hisap besama sama hingga si pemuda tadi kecanduan, sedikit demi sedikit si pemuda tadi pun rusak serusak rusaknya lantaran kekecewaannya kepada Tuhannya, ajaran dan amalannya pun tak lagi ia hiraukan.

Dari cerita tadi menunjukkan bahwa setiap individu memiliki tujuan hidup masing masing, namun untuk mewujudkan tujuannya tadi kita harus mengenal diri kita sendiri, kita harus menjadi diri kita sendiri, sebagaimana maqolah yang masyhur mengatakan "jika kamu ingin mengenal Tuhanmu, maka kenalilah dulu siapa dirimu". Selain itu, kita juga harus menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, namun kebermanfaatan kita pada orang lain juga ada tolak ukurnya, tergantung keadaan dan kebutuhan.

Disinalah pentingnya Analisis diri (Andir) kita harus tahu dan faham betul apa potensi, peluang, kekurangan atau apa yang menghalangi kita untuk tumbuh dan berkembang, untuk bagaimana kita bisa melihat sekaligus mengembangkan potensi diri kita agar supaya  bermanfaat bagi orang lain bukan malah dimanfaatkan orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun