Dulu, saya pikir hidup itu serius. Harus rajin, hemat, jujur, takut dosa, dan jangan ngomong jorok di depan orang tua. Tapi ternyata, yang korupsi malah jadi tokoh agama, yang viral justru yang joget setengah telanjang sambil baca puisi motivasi.
Saya mulai curiga, mungkin Tuhan sedang iseng---atau kita ini cuma tokoh dalam sinetron absurd yang ratingnya tinggi karena penonton suka adegan menangis sambil makan mie instan.
Lalu saya sadar, hidup itu kayak stand up comedy... yang ditulis oleh penulis naskah mabuk. Tokohnya ngeluh gak punya uang, tapi tiap hari beli kopi susu 40 ribu. Pemerintah janji 19 juta lapangan kerja, tapi yang banyak justru lowongan jadi buzzer. Dan kita? Kita nonton sambil ngakak, lalu bilang: "Yah, namanya juga hidup."
Di buku ini, saya ajak kamu untuk tertawa. Tapi bukan tawa biasa. Ini tawa yang pahit, getir, bahkan bikin nyesek di dada. Tawa yang lahir dari kesadaran bahwa logika sudah lama dikubur tanpa upacara, dan akal sehat hanya jadi bahan meme di Twitter.
Kalau kamu gampang tersinggung, mungkin kamu masih waras. Tapi kalau kamu ketawa saat membaca tragedi dalam buku ini... selamat! Kamu sudah lulus jadi warga negara komedi.
Karena di negeri ini, mati tertawa bukan lagi kiasan. Itu kenyataan.
Dan kadang, satu-satunya pilihan waras adalah ikut gila. Ala dark.
Catatan:Â
Kalo kocak kasih komentar :
Wkkww atau hahaaha atau hehehhe
Klo gak kocak kasih kometar: