Mohon tunggu...
Hadi Guna Praja Kusuma
Hadi Guna Praja Kusuma Mohon Tunggu... -

Hadi namanya.. kuliahnya di IPB

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Tangisan dan Ratapan

12 Februari 2012   03:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Baru mengetahui ternyata tangisan dan ratapan itu ada perbedaan yang sangat mendasar, dan baru memahami pula bahwa ternyata antara kedua jenis kesedihan ini sering tercampur aduk. Hal ini sering kita temui ketika kita atau orang lain mengalami perpisahan dengan orang tercinta, seperti pada saat orang orang terdekat kita meninggal dunia dan saat berpisah dengan sahabat.

Jika kita melihat keadaan saat ini, terutama pada berita-berita yang sedang hot memuat berita seputar kecelakaan, seperti kecelakaan bus di Cisarua, Bogor misalnya. Hanya karena rem yang blong akhirnya kecelakaan tidak dapat terelakkan dan menabrak banyak orang. Terlihat jelas, pada saat itu ada beberapa orang tua yang menangis dan mengerang sekuat-kuatnya ketika melihat didepan matanya sendiri, anaknya sudah tidak bernyawa - turut berduka mendengarnya. Coba kita perhatikan hal yang sama disekitar rumah kita pada saat ada yang meninggal, maka keluarganya ada beberapa yang mengekspresikan kesedihan dengan menatap jenazah dan menangis dibarengi teriakan. akan tetapi disatu sisi pada saat yang sama baik ketika kecelakaan ataupun pada saat ada yang meninggal, kita akan temui pula beberapa orang yang sangat sedih dan mengeluarkan air mata sederas-derasnya tanpa mengucapkan kata-kata yang bervolume kencang...

Disinilah bedanya. Tangisan yang deras dan teriakan-teriakan yang menggambarkan sulitnya menerima orang tercinta meninggal, itulah ratapan. Sedangkan mengeluarkan air mata baik itu sedikit maupun melimpah ruah, akan tetapi tidak dibarengi teriakan, itulah tangisan. Hal ini menurut Nabi Muhammad SAW memiliki korelasi yang kuat terhadap perlakuan yang akan diterima orang meninggal tadi dialam kubur. kenapa bisa ya?

Nabi besar kita ada bersabda, dan saya baru temui hari ini di buku Riyadhus Shalihin kitab ke 2. begini kata-katanya

"Maukah kalian mendengarkan? Sesungguhnya, Allah tidak menyiksa seseorang karena derasnya air mata atau kesedihan di hati yang mendalam, tetapi Allah akan menyiksanya karena 'ini' atau Allah menyayanginya (sambil menunjuk ke mulut beliau)"


Waw.. pelajaran ini sangat berharga, menangisi dan bersedih ketika ada orang yang meninggal dunia justru diperbolehkan. akan tetapi yang dilarang adalah berlebihan dalam menatap dan berteriak-teriak sambil menangis. karena hal yang demikian menunjukkan keluh kesah yang berlebihan dan berontak terhadap takdir Allah. dan Allah tidak suka itu. Beliau, Nabi Muhammad, pernah berlinangan air matanya saat cucu beliau meninggal. sahabatnya lantas bertanya, "apa artinya ini ya Rasulullah?", beliau menjawab "ini adalah kasih sayang yang diletakkan oleh Allah di hati-hati hambaNya".

Ya semoga kita dikuatkan oleh Allah ketika memang menemui hal yang demikian, sehingga kita terhindar dari ratapan-ratapan yang menunjukkan kalau kita belum siap menerima takdir ini. Ratapan ini dibuku tersebut disebut sebagai istilah Niyahah (meratapi mayat secara berlebihan).

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun