Mohon tunggu...
Mister Hadi
Mister Hadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bagi Anda yang tinggal di Bogor/Depok dan sekitarnya dan ingin belajar privat Bahasa Inggris dengan saya, hubungi : 08561802478 (call/WA)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama, Toleransi, dan Mu'jizat

3 Oktober 2011   16:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tujuan kompasiana meniadakan kolom AGAMA mungkin bertujuan untuk menghindari "perang" yang tak akan ada habisnya. Banyak pemeluk agama yang rela mati dan mematikan orang apabila agamanya dilecehkan, sehingga kolom ini seperti bensin yang dikelilingi oleh korek api. Namun aku masih menjumpai perang komentar antar pemeluk agama yang berbeda di tulisan-tulisan yang membahas agama, Tuhan, kitab suci dan nabi-nabi. Bahkan aku pernah dibilang sok tahu karena mengomentari suatu tulisan yang salah menurut kepercayanku. Seperti halnya pemeluk agama lain, aku termasuk orang yang sangat sensitif kalau ada yang menuliskan sesuatu yang salah tentang sesuatu yang aku yakini dan imani.

Toleransi menurut ustad Quraish Shihab adalah : meyakini apa yang diimaninya adalah yang terbaik tanpa harus menyerang apa yang diimani orang lain. Dapat disimpulkan bahwa toleransi tidak harus mengatakan : semua agama itu baik, tapi, agamakulah yang terbaik, sebagaimana agama Anda juga yang terbaik menurut Anda, titik. Maka kita tidak boleh memaksakan keyakinan yang tidak diyakini orang lain. Dalam Islam jelas : untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.

Jika ada orang Kristen yang membuat tulisan yang meyakini mendapat mu'jizat setelah dia membaca injil, bermimpi bertemu Yesus atau Bunda Maria, maka yang Islam tidak usah ikut-ikutan komentar karena kemungkinan besar komentarnya adalah mencibir atau sinis. Begitu juga ketika ada seorang Muslim yang membuat tulisan misalnya, ada kebakaran hebat semua bangunannya hangus tapi Mushola atau mesjid masih utuh, atau sembuh total dari penyakitnya seteleh membaca salah satu surat dari Al-Qura,an, atau melihat jenazah masih utuh setelah bertahun-tahun dikubur, dan kasus-kasus yang diluar logika manusia,  alangkah baiknya pihak Kristen tidak terpancing untuk berkomentar, kalau komentarnya meragukan.

Oh ya kata mu'jizat berasal dari Bahasa Arab sebenarnya adalah suatu kelebihan atau keajaiban yang diberikan oleh Tuhan kepada para Nabi dan Rasul. Misalnya Nabi Ibrahim tidak mempan api, Nabi Musa dapat membelah laut, Nabi Isa dapat menghidupkan orang mati. Namun dalam perkembangannya dipakai sebagai padanan  kata miracle, yaitu suatu keajaiban diluar logika manusia dan melawan hukum alam, dan untuk semua manusia (bukan hanya para Nabi dan Rasul). Dan kata ini sering dipakai oleh umat non Muslim untuk menggabarkan kuasa Tuhan pada semua manusia.

Kembali ke soal keyakinan. Walau ada beberapa orang berpindah keyakinan karena suatu miracle, namun sebagian besar masih tetap pada keyakinannya. Ada sebagian umat yang mencoba "mengajak" umat agama lain dengan menceritakan keajaiban dan solusi. Misalnya ada pemeluk agama A mempunyai penyakit kronis dan hampir putus asa, kemudian ada pengobatan dari pemuka agama B yang siap menyembuhkan, dan ketika sembuh si sakit itu berubah menjadi pemeluk agama B. Tapi ingat, keyakinan dan iman seseorang itu seperti batu karang. Aku misalnya punya penyakit yang sangat akut atau kelaparan bertahun-tahun, tiba-tiba ada orang yang menjanjikan kesembuhan atau membuat aku tidak miskin lagi dengan syarat aku ikut agama dia, maka aku akan katakan : lebih baik aku mati dengan keyakinanku!

Ketika ada berita orang kristen melihat penampakan Yesus atau Bunda Maria orang Islam pasti tak percaya. Begitu juga ketika ada tulisan ALLAH (dalam huruf Arab) di awan, di tubuh manusia, di tubuh hewan, di buah-buahan, banyak orang Kristen yang tak percaya. Maka jika ada pemeluk agama menuliskan pengalaman spiritualnya, pemeluk agama lain tak perlu ikut-ikutan berkomentar kalau komentarnya hanya sekedar sinisme. Aku teringat di forum tetangga ada thread yang mengulas tentang keajaiban mesjid Baiturahman di Banda Aceh yang tidak tersapu tsunami ketika itu. Kejadian itu benar adanya karena ada banyak saksinya dan mereka masih hidup.  Hampir semua yang baca berkomentar : Subhanallah (Maha Suci Allah). Namun tiba-tiba ada komentar yang bilang : itu hoax. Akibatnya? satu orang yang berkomentar itu dikroyok ramai-ramai di forum itu.

Kesimpulannya adalah miracle di suatu agama tertentu bisa jadi olok-olok bagi pemeluk agama yang lain. Jadi dibutuhkan kearifan untuk menghormati apa yang diyakini pemeluk agama lain sebagai miracle. Ketika ada tulisan tentang keajaiban yang menurut kita adalah nonsense, jangan terpancing untuk berkomentar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun