Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kali Ini Giliran Hiddink “Memecat” Van Gaal?

28 Desember 2015   11:27 Diperbarui: 28 Desember 2015   11:59 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua klub paling sukses di Liga Inggris dalam satu dekade terakhir. Itukah predikat mentereng Manchester United (MU) dan Chelsea. Namun, ketika kedua tim bertemu pada pekan tutup tahun Liga Inggris, Senin (28/12) malam waktu setempat atau Selasa (29/12) dini hari waktu Indonesia, bukan reputasi hebat itu yang jadi sorotan. Nasib sang pelatih MU, Louis van Gaal-lah yang mencuri perhatian awak media massa.

Adalah tiga kekalahan beruntun MU di Liga Inggris atas Bournemouth, Norwich City dan Stoke City---tim-tim yang sebelumnya kerapkali jadi mangsa empuk tim berjuluk Setan Merah ini--membawa Van Gaal pada hari penghakiman.

Suara pemecatan mulai ramai diteriakkan fans MU. Mereka sudah lupa betapa keriuhan optimisme mengiringi kedatangan Van Gaal ke Old Trafford di awal musim 2014/15, usai membawa Belanda ke semifinal Piala Dunia 2014 silam. Yang ada di benak mereka, MU kini terlalu sering "mengkhianati sejarah" lewat torehan hasil-hasil memalukan. Dan Van Gaal lah orang yang dituding paling bertanggung jawab.

Ya, hari penghakiman bagi sang Tulip Besi--julukan Van Gaal telah datang. Bila MU gagal menang, apalagi kalah dari Chelsea di Old Trafford, hampir dipastikan, akan ada nama baru dalam posisi pelatih MU. Menariknya, ada nama Guus Hiddink yang bakal ikut mewarnai hari penghakiman untuk Van Gaal. Hiddink akan melakoni laga keduanya di Chelsea usai ditunjuk jadi pengganti Mourinho.

[caption caption="Guus Hiddin dan Louis van Gaal, dari dulu tak berkawan dekat/Daily Mail"][/caption]Pertemuan Van Gaal dan Hiddink dalam situasi kritis seperti sekarang, mengingatkan orang pada situasi 17 tahun silam. Kala itu, keduanya melatih dua klub terkuat di Liga Spanyol. Van Gaal melatih Barcelona. Hiddink melatih Real Madrid.

Koran Inggris, Daily Mail menggambarkan betapa hubungan kaku Van Gaal dan Hiddink ketika El Clasico jilid I kala Madrid menjamu Barca, 19 September 1998. Keduanya hanya terpisah beberapa meter. Namun, dua orang Belanda ini seolah tidak saling kenal. Tidak ada jabat tangan. Tidak ada salam terucap.

Hiddink and Van Gaal fight a silent war in Madrid,’ tulis koran Belanda, De Volkskrant.

[caption caption="Hiddink hanya bertahan tujuh bulan di Real Madrid/Daily Mail"]

[/caption]Situasi itu seolah menjadi puncak rivalitas antara Van Gaal dan Hiddink. Semasa jadi pelatih di Liga Belanda, keduanya memang sudah terlibat perang panas demi nama besar klub masing-masing. Van Gaal di Ajax dan Hiddink di PSV Eindhoven. Dan, perseteruan itu berlanjut ketika keduanya pindah ke Spanyol.

Lalu, bagaimana hasil rivalitas keduanya di el clasico? Van Gaal-lah yang menang. Hasil 2-2 di Bernabeu dan kemenangan 3-0 di Nou Camp, ikut andil dalam pemecatan Hiddink dari jabatan pelatih Madrid kala itu. Hiddink yang ditunjuk menggantikan Jupp Heynckess yang membawa Madrid juara Liga Champions 1998, nyatanya hanya tujuh bulan melatih Madrid. Ia tak mampu meneruskan sukses Heynckess. Juga tak mampu meneruskan sukses pribadinya setelah sebelumnya berhasil membawa Belanda jadi semifinalis Piala Dunia 1998 di Prancis.

Bukankah situasinya sekarang nyaris sama. Van Gaal sebelumnya juga sukses besar membawa Belanda jadi semifinalis Piala Dunia 2014, tetapi gagal memahami sepak bola Inggris. Apakah sekarang giliran Guus Hiddink yang akan memberikan ‘kado pemecatan’ kepada Van Gaal?

Hiddink tentunya belum lupa betapa dirinya dicap sebagai biang kegagalan Belanda lolos ke Piala Eropa 2016. Ketika KNVB (Federasi Sepak Bola Belanda) menunjuk dirinya jadi pelatih kepala usai Piala Dunia 2014, eh Belanda malah terpuruk yang membuat Hiddink mundur. Padahal, Hiddink mewarisi “tim penuh potensi” warisan Van Gaal. Mungkin saja Van Gaal tertawa lebar atas kegagalan Hiddink itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun