Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Putusan Degradasi di Pelatnas, Protes BL, dan Surat Cinta untuk PBSI

30 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 30 Maret 2021   16:00 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ni Ketut Mahadewi (kanan), terdepak dari Pelatnas PBSI. Foto ini merupakan kenangan saat Ni Ketut bersama Tania, jadi juara di turnamen BWF Super 100 di Rusia/Foto: Tribunnews

"Untuk yang tidak dipanggil lagi, ada beberapa pertimbangan yang diambil. Seperti ketidakmampuan bersaing hingga attitude di pelatnas," sambungnya seperti dilansir Kumparan.com, Senin (29/3/2021).

Pecinta Bulutangkis Menyoroti Terdepaknya Ni Ketut dan Fitriani

Tentu saja, sebuah keputusan institusi sebesar PBSI akan sulit untuk diterima semua pihak. Keputusan PP PBSI tersebut tidak bisa menyenangkan semua pihak. Utamanya keputusan degradasi.

Para warganet yang sebagian besar Badminton Lovers (BL), menyoroti keputusan PP PBSI yang mengeluarkan pemain tunggal putri Fitriani dan pemain ganda putri, Ni Ketut Mahadewi Istarani.

BL Indonesia juga menyoroti beberapa pemain yang mereka anggap 'begitu-begitu saja' karena sulit bersaing di turnamen BWF tetapi tetap dipertahankan PBSI. Mereka tetap menghui pelatnas. Siapa saja? Ah, sampean (Anda) mungkin sudha tahu.

Ada ratusan pecinta bulutangkis yang berkomentar di kolom komentar akun Instagram resmi PBSI, badminton.ina. Termasuk juga di akun badmiton lainnya seperti badmintalk_com.

Untuk Fitriani (22 tahun), penampilan tunggal putri kelahiran Garut ini memang cenderung menurun menjelang akhir tahun 2019 silam. Di awal tahun 2020, PBSI juga jarang mengirimkan Fitriani tampil di turnamen. PBSI lebih memilih Gregoria Mariska Tunjung dan Ruselli Hartawan.

Namun, BL tidak lupa, Fitriani masih menjadi satu-satunya tunggal putri Indonesia yang bisa juara di turnamen BWF World Tour. Fitri juara di Thailand Masters 2019 Super 300. Kala itu, dia mengalahkan salah satu pemain top Thailand, Busanan Ongbamrungphan. Akhir pekan kemarin, Busanan juara di Orleans Masters 2021.

Ya, selain Fitri, hingga kini, belum ada tunggal putri Indonesia yang bisa juara di turnamen BWF World Tour. Itu fakta yang tidak bisa dibantah.

Gregoria Mariska, meski berstatus juara dunia junior 2017, sejauh ini bahkan belum bisa tampil di final turnamen BWF World Tour. Terlepas, persaingan di tunggal putri memang berat.

BL Indonesia juga menyoroti Ruselli Hartawan (23 tahun) yang dipertahankan PBSI. BL membandingkan, bila Fitriani didepak karena alasan ketidakmampuan bersaing, pencapaian Ruselli selama di Pelatnas sebenarnya juag tidak lebih bagus.

Nyatanya, ketika dimainkan di dua turnamen Thailand Open pada Januari lalu, Ruselli terdepak di babak awal. Pertama, dia kalah dari pemain Thailand, Supanida Katethong yang ranking BWFnya ada dibawahnya. Lalu, dikalahkan pemain Singapura, Ye Jia Min.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun