Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur, Rumput Tetangga (Tidak) Selalu Lebih Hijau

25 September 2020   06:37 Diperbarui: 25 September 2020   07:20 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumput tetangga tidak selalu lebih hijau. Kita sendiri yang membuat gambaran bahwa rumput tetangga lebih hijau atau tidak. Kuncinya adalah pandai mensyukuri yang kita miliki/Foto: seruni.id

Bahwa, lebih baik melihat hal-hal lain dalam dirinya yang masih bisa disyukuri, daripada cemas memikirkan hal-hal berat yang menganggu pikiran. Padahal, itu belum tentu terjadi.

Pendek kata, masih ada banyak hal yang bisa disyukuri daripada membesarkan kecemasan. Keluarga sehat dan punya uang dalam jumlah besar, kerjaan sampingan juga masih jalan, bukankah itu hal yang sangat layak disyukuri. Orang lain pasti melihat dia di posisi yang enak.

Tak Perlu Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Namun, tidak hanya kawan yang perlu ditenangkan pikirannya, saya pun merasa perlu untuk membesarkan hati. Terlebih ketika tahu bahwa situasi yang dialami kawan tersebut, sebenarnya masih lebih bagus dibandingkan yang saya alami.

Saya yang juga ikut terdampak pandemi, juga dihantui kekhawatiran bagaimana menjalani masa sulit yang berkepanjangan dan tidak pasti ini. Terlebih setelah urusan gaji pekerjaan menulis juga ikut tersendat karena pandemi.

Sejujurnya, di masa sulit seperti ini, saya pun ingin mendapatkan dana segar dalam jumlah besar seperti yang dia dapat demi memulai usaha.

Namun, pikiran membandingkan situasi yang kita alami dengan situasi enak yang dihadapi orang lain itu beracun. Itu bisa membuat kita yang awalnya santai, mendadak merasa inferior dan insecure. Kita jadinya kurang bersyukur.

Kita jadinya berkesimpulan bahwa orang lain lebih enak. Kita jadinya merasa orang lain lebih beruntung. Kita jadinya beranggapan bahwa rumput tetangga lebih hijau.

Padahal, ada hal-hal lainnya yang sebenarnya masih bisa kita syukuri dari diri kita, tanpa perlu membandingkan dengan kelebihan orang lain. Termasuk bagi saya.

Dalam situasi membandingkan, kalaupun tidak mendapatkan uang dalam jumlah besar seperti kawan saya itu, toh saya lebih beruntung. Sebab, saya sudah tidak punya tanggungan cicilan rumah ataupun mobil karena sudah lunas.

Bukankah bebas membayar cicilan di masa sulit seperti sekarang, juga termasuk sebuah kenikmatan. Sebab, seberapun pendapatan yang didapat, bisa dinikmati tanpa perlu cemas memikirkan hutang bulanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun