Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Aji Santoso, Makan Konate, dan Bagaimana Seharusnya Relasi Pelatih-Pemain?

18 Februari 2020   11:39 Diperbarui: 18 Februari 2020   11:35 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aji Santoso dan Makan Konate, contoh bagaimana relasi pelatih dan pemain seharusnya. Bahwa pelatih tak hanya bertugas merancang strategi, tetapi juga memahami pemainnya/Foto: Persebaya.id

Apa tugas seorang pelatih dalam klub sepak bola?

Apakah sekadar merancang strategi terbaik untuk diterapkan dalam permainan sehingga timnya meraih kemenangan? Apakah sebatas memilih pemain-pemain yang tepat untuk bermain di posisi yang tepat? Ataukah piawai 'mematai-matai' pemain-pemain lawan dengan mengetahui kebiasaan mereka lantas mencari 'penawar' untuk keuntungan timnya?

Bila tugas pelatih hanya seperti itu, saya berkeyakinan, sebuah tim tidak akan bisa meraih sukses dalam jangka waktu yang panjang. Boleh jadi suksesnya hanya akan sementara. Mengapa?

Sebab, pelatih tim sepak bola tidak melatih sekawanan robot yang sekadar menuruti perintah bos pemegang remote kendali. Pelatih tersebut juga tidak menghadapi lawan sekumpulan mesin yang hanya terbuat dari onderdil logam, mur dan baut.

Sejatinya, tugas seorang pelatih di klub sepak bola, jauh lebih berat dari semua definisi tugas pelatih yang telah saya sebutkan pada paragraf di atas. Itu hanya sebagian tugas saja.

Tugas mereka tidak hanya sebatas merancang strategi untuk memenangi pertandingan. Tidak pula hanya untuk hadir di sesi jumpa pers sebelum dan sesudah pertandingan.

Kenapa?

Karena pelatih sepak bola itu melatih sekumpulan anak manusia. Pemain-pemain yang punya hati. Berperasaan. Lawan yang dihadapi pun demikian. 

Sebagai manusia yang punya hati, dinamika perasaan pemain sangat mungkin terjadi. Bisa sangat berbeda dan berubah-ubah dari pertandingan satu ke pertandingan lainnya. Terlebih, bukan hanya satu pemain. Tapi 11 pemain plus pemain-pemain lainnya.

Pemain-pemain itu bisa sangat termotivasi untuk tampil bagus. Namun, di lain waktu, mereka bisa juga mengalami krisis percaya diri ketika mengalami kegagalan. Mereka bisa bermain sangat tenang. Kalem selayaknya seorang pakar ketika beraktivitas di bidang yang ditekuninya.

Namun, mereka juga bisa menjadi seorang yang sangat emosional di lapangan ketika sisi manusia mereka diganggu. Semisal ketika warna kulitnya dijadikan cemoohan suporter. Ataupun sisi pribadi dan keluarganya dilecehkan pemain lawan.  

Di sinilah menurut saya, tugas paling berat bagi pelatih sepak bola. Mereka tidak hanya dituntut memiliki kemampuan hard skill yang mungkin bisa dilihat langsung. Semisal kepintaran merancang strategi di lapangan dan kecakapan ketika menghadapi wartawan di ruang jumpa pers.  

Lebih dari itu, seorang pelatih juga harus memiliki soft skill. Yakni kemampuan untuk memotivasi pemain agar mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Kemampuan mendinginkan situasi bila terjadi gesekan antar pemain. Hingga, kemampuan menenangkan pemain dan membuatnya move on usai dia menghadapi kejadian buruk.

Belajar dari relasi Aji Santoso dan Makan Konate

Nah, kemampuan terakhir itulah yang ingin saya ulas melalui tulisan ini. 

Saya tertarik membahas tema ini setelah mengetahui bagaimana pendekatan yang dilakukan Pelatih Persebaya, Aji Santoso kepada pemain anyar Persebaya, Makan Konate, di turnamen Piala Gubernur Jatim 2020.

Ceritanya, ketika Persebaya menghadapi Bhayangkara di pertandingan kedua penyisihan Grup A Piala Gubernur Jatim di Bangkalan pada 12 Februari lalu, tim berjuluk Bajul Ijo ini mendapatkan penalti di awal-awal babak kedua.

Makan Konate maju. Pemain asal Mali ini memang dikenal punya akurasi dan shoot power yang bagus. Jangankan penalti, lha wong ketika membela Arema FC di musim lalu, Konate berulang kali mencetak gol lewat tendangan bebas mampun sepakan jarak jauh dari luar kotak penalti.

Tetapi memang, penalti itu salah satu misteri dalam sepak bola yang tidak ada hukum pastinya. Tidak ada jaminan pemain hebat selalu berhasil. Lha wong pemain top dunia sekelas Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi saja pernah gagal.

Dan, begitulah yang terjadi. Sepakan penalti Konate melangit. Bola yang ditendangnya, melayang jauh di atas gawang Bhayangkara. Ironisnya, sekira 10 menit kemudian, Bhayangkara mencetak gol. Persebaya pun kalah di laga itu.

Nah, yang menarik, dalam sesi jumpa pers seusai pertandingan, Aji tidak menyinggung kegagalan Konate baik secara lugas maupun samar. Sebagai mantan pemain, Aji paham bahwa gagal mencetak gol dari titik penalti bisa dialami siapa pun.

"Di dalam penalti saya selalu beri kebebasan kepada para pemain. Saat Konate maju dan gagal ini wajar. Lumrah. Cristiano Ronaldo pernah tidak masuk, Maradona pernah, Lionel Messi juga pernah," ujar Aji dikutip dari Persebaya.id.

Dua hari kemudian, Konate menebus kegagalannya dengan cara keren. Dia mencetak dua gol dan membuat satu assist saat Persebaya mengalahkan Madura United 4-2 (14/2) di laga terakhir penyisihan. Kemenangan ini sekaligus meloloskan Persebaya ke semifinal.  

Secepat itu Konate mampu bangkit. Hanya berselang dua hari saja, dia bisa membalik cerita kelam menjadi episode yang menggembirakan.

Apa rahasia kebangkitan Konate?

Jawabannya ada pada perlakuan Aji terhadap Konate. Usai kegagalan penalti melawan Bhayangkara, Konate sempat merasa down. Tertekan. 

Sebagai pelatih, Aji lantas mengangkat mentalnya. Bahkan, demi membuat Konate termotivasi tampil di lapangan, Aji sampai memberinya jabatan kapten saat melawan Madura United.

Jarang-jarang ada di klub, pemain baru yang baru memainkan tiga pertandingan bersama klub barunya, langsung didaulat menjadi kapten. Pun, itu terjadi di laga menentukan meski memang masih pramusim.

Toh, Aji 'menabrak aturan' itu. Demi memberikan kenyamanan pada Konate di lapangan, dia mempercayakan kapten kepada pemain berusia 28 tahun. Hasilnya, karena merasa nyaman, Konate lantas 'meledak'.  

"Ketika Konate dalam kondisi sedikit down, saya mengangkat mentalnya, saya berikan kenyamanan di tim ini. Bahkan kami menunjuk Konate sebagai kapten. Ternyata dijawab dengan sangat luar biasa, selain dia main bagus, dia cetak dua gol," terang Aji seperti dikutip dari sini.

Andai seusai laga melawan Bhayangkara, Aji ternyata marah kepada Konate karena gagal penalti sehingga membuat Persebaya dalam posisi terjepit, bahkan terancam gagal lolos ke semifinal. Andai dia lantas melampiaskan kemarahannya dengan menyindir Konate saat jumpa pers, situasinya mungkin akan berbeda.

Dari relasi Aji dan Konate tersebut, setiap pelatih bisa mengambil pelajaran. Bahwa, seorang pelatih punya peran besar dalam membuat pemain-pemainya tampil bagus di lapangan.

Mereka bukan sekadar merancang strategi yang apik. Tapi juga bagaimana caranya 'menyetel mental' pemain lewat cara mengobrol dan menanamkan rasa percaya, sehingga pemain jadi termotivasi.

Karenanya, penting bagi pelatih untuk tidak 'bersumbu pendek' yang membuatnya mudah menyalahkan pemainnya ketika tidak tampil bagus. Penting bagi seorang pelatih untuk mampu mengontrol emosinya demi menjaga kondisi mental pemain-pemainnya.  Sebab, bila situasi di tim kondusif, bila pemain dalam kondisi happy, mudah bagi pelatih untuk menerapkan strategi yang dia inginkan. 

Seperti kata seorang kawan, burung yang nyaman nangkring di dahan pohon dan burung yang merasa stress, di dalam sangkar, suara kicauannya akan sangat berbeda.

Manusia dan pemain bola pun begitu. Bila mereka merasa nyaman karena mendapat dukungan pelatih, manajemen klub, dan rekan-rekannya, tinggal tunggu waktu dia akan 'bergembira' di lapangan. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun