Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mengenang Kobe Bryant, Menangkap Inspirasi dari Pencapaian dan Pribadinya

27 Januari 2020   10:01 Diperbarui: 28 Januari 2020   20:04 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nomor punggung Kobe Bryant yang dipensiunkan oleh LA Lakers.(AFP/GETTY IMAGES/KEVORK DJANSEZIAN)

Pagi tadi (27/01), sebelum Shubuh, saya cukup tersentak begitu membaca judul tautan berita yang dikirimkan di salah satu grup WhatsApp yang saya ikuti. Judulnya "Kobe Bryant Meninggal karena Kecelakaan Helikopter".

Saya yang sepagi itu sebenarnya belum mau berhubungan dengan gawai, jadi penasaran dengan tautan berita tersebut. Saya menyegerakan untuk membacanya. Seketika, rasa duka pun muncul. Mengetahui salah satu legenda dan atlet paling hebat di olahraga yang dicintainya meninggal, tentu menjadi kabar duka.

Dikutip dari CNN, legenda NBA dan LA Lakers, Kobe Bryant, meninggal dalam kecelakaan helikopter di California, Amerika Serikat, pada Minggu (26/1) waktu setempat. Bryant (41 tahun) menjadi satu di antara lima penumpang yang jadi korban kecelakaan helikopter di kawasan Calabasas. Termasuk juga putrinya, Gianna Maria Onore yang berusia 13 tahun.

Menurut laporan media-media AS, Kobe dan Gianna berada dalam satu helikopter saat hendak menuju Mamba Academy di kawasan Thousand Oaks, California. Kobe Bryant dan Gigi dikabarkan berencana menghadiri sesi pelatihan di akademi tersebut. Sementara istri Bryant, Vanessa, dipastikan tidak termasuk dalam daftar yang naik helikopter nahas tersebut.

"TMZ Sports melansir, helikopter pribadi Kobe mengalami kebakaran dan sempat berputar-putar di langit. Tak ada penumpang yang selamat dalam kecelakaan mengerikan tersebut. Hingga kini penyebab kecelakaan masih dalam investigasi pihak berwenang".

Begitu salah satu petikan kalimat yang dikutip dari laman cnnindonesia.com.

Sontak, kabar meninggalnya Kobe Bryant itu menjadi trending di Twitter. Pagi tadi, sudah ada lebih 3 juta tweet yang mengungkapkan duka cita atas meninggalnya Kobe. Itu pesan jelas, betapa dunia telah kehilangan Kobe Bryant.

Ya, meninggalnya Kobe Bryant bersama putrinya, memang menjadi kabar duka bagi dunia perbasketan. Bahkan, dunia olahraga pada umumnya. Sebab, dengan nama besarnya, Kobe sudah bukan hanya milik "anak basket". Dia milik pecinta olahraga pada umumnya.

Bagi saya yang memang lebih 'dekat' dengan sepak bola ketimbang basket, saya mungkin lebih tahu banyak perihal jejak karier Cristiano Ronaldo ketimbang pemain-pemain basket NBA. Meski, saya tahu beberapa dari mereka.

Dulu, ketika kali pertama mengenal NBA, Michael Jordan, Scottie Pippen, Shaq O'Neal, Dennis Rodman, Hakeem Olajuwon, adalah nama-nama yang sering saya dengar. Selepas Jordan pensiun, tidak banyak pebasket NBA yang saya kenal

Namun, Kobe Bryant adalah pengecualian. Saya yang tumbuh dengan setiap minggu membaca ulasan olahraga di tabloid Bola, masih rutin a mengikuti kabar dari panggung NBA. Utamanya Kobe Bryant. Terlebih, dia juga fans loyalis AC Milan, salah satu klub bola yang saya dukung.  

Loyalis yang setia bermain di Lakers
Kobe Bryant meninggal dunia dengan meninggalkan jejak emas dalam kariernya. Pencapaian dan sikapnya di lapangan bisa menjadi teladan bagi siapa saja.

Dikutip dari laman wikipedia, Bryant adalah putra mantan pemain NBA, Joe Bryant. Dia membangun pondasi kariernya ketika menjadi pemain basket di sekolahnya. Usia lulus, di usia 17 tahun, Bryant masuk draft NBA 1996.

Dia membuat langkah besar karena langsung memutuskan masuk NBA tanpa jalur NCAA yang umumnya dilakukan pebasket di Amerika Serikat. Sebagai pemula, Bryant mendapatkan reputasi tinggi ketika memenangkan Kontes Slam Dunk 1997.

Ungkapan kehilangan dan cinta untuk Kobe Bryant dari penggemarnya/Foto: Rachel Luna/Getty Images/AFP
Ungkapan kehilangan dan cinta untuk Kobe Bryant dari penggemarnya/Foto: Rachel Luna/Getty Images/AFP
Masuknya Bryant membuat LA Lakers yang tidak berkutik ketika Jordan dan Chicago Bulls nya mendominasi, menjelma menjadi tim kuat di akhir 90-an. Bersama sang "big man" Shaquille O'Neal yang juga datang ke Lakers di musim 1996/1997, Bryant memenangi tiga gelar beruntun NBA musim 1999/2000, 2000/2001, dan 2001/2002.

Kehebatan Bryant diuji di musim 2005/06. Usai kekalahan di final NBA 2004, O'Neal memilih pergi ke Miami Heat. Bryant dianggap tidak lagi mampu membawa Lakers juara. Banyak yang menganggap sukses Lakers selama ini lebih banyak karena faktor O'Neal.

Toh, permata tetap permata. Tanpa O'Neal, karier Bryant semakin brilian. Dia jadi andalan Lakers untuk mencetak poin. Di tahun 2006, Bryant mencetak 81 poin dalam satu laga ketika melawan Toronto Raptors. Itu rekor kedua perolehan poin terbanyak di satu pertandingan dalam sejarah NBA. Dia hanya kalah dari rekor 100 point Wilt Chamberlain di tahun 1962.

Tetapi memang, merebut gelar juara di kompetisi ketat seperti NBA tidaklah mudah. Di tahun 2008, Bryant kembali merasakan kekalahan di final NBA. kali ini dari Boston Celtics.

Pada akhirnya, Bryant sukses membungkam para peragunya. Bersama Pau Gasol dan Lamar Odom, Bryant memimpin Lakers juara beruntun di musim 2008/2009 dan 2009/2010 dengan mengalahkan Orlando Magic dan Boston Celtics. Itu merupakan gelar keempat dan kelimanya di NBA.

Selama di Lakers, Bryant jadi ikonik dengan kostum nomor 8 lantas 24 di akhir kariernya, dan memutuskan pensiun di akhir musim 2015/16. Dia pensiun di usia 34 tahun 104 hari. Sepanjang kariernya, dia berhasil mencetak 33.643 poin. Dia menjadi pemain termuda dalam sejarah NBA yang meraih 30.000 karier poin.  

Selama kariernya, Bryant tidak pernah meninggalkan LA Lakers. Dia setia dengan tim tersebut dengan berbagai kondisi yang dialami. Dengan catatan 20 musim bersama Lakers, Bryant jadi pemain paling loyal di NBA bersama satu klub.

Jarang ada pemain hebat tapi loyal sepertinya. Kebanyakan senang berpindah klub dengan alibi "mencari tantangan baru'. Tapi Kobe, siapapun pelatih dan pemain yang datang dan pergi, dia tetap lakon di LA Lakers.

Pandai memotivasi anak-anak muda
Dengan segala pencapaiannya, tidak mengherankan bila Bryant menjadi ikon NBA di era 2000-an. Ia pun menjadi panutan bagi banyak pemain muda di NBA. Dia sering memberikan pelatihan. Termasuk kepergiannya dengan helikopter, dikabarkan akan memberikan coaching di Mamba Academy. 

Bryant ternyata tidak hanya hebat di lapangan. Sikapnya di luar lapangan juga keren. Beberapa media mengabarkan, sebelum meninggal dunia, dia sempat menuliskan pesan terakhir untuk LeBron James, penerusnya di Lakers yang juga mengidolakannya.

Ceritanya, akhir pekan kemarin, LeBron James (35 tahun) baru saja masuk ke dalam peringkat tiga daftar top masa NBA. James mengalahkan rekor milik Bryant. James yang membuat 29 poin saat duel melawan Philadelphia 76ers, Sabtu (25/1) waktu setempat, kini membukukan 33.655 poin di sepanjang kariernya di NBA. Nah, catatan itu melewati rekor 33.643 poin milik Bryant.

Bagaimana respons Bryant?

Dia meresponsnya dengan manis. Di akun Twitter miliknya @kobebryant, Kobe yang memiliki 14,8 follower, memberi ucapan selamat untuk James. "Terus membuat rekor baru James. Salam hormat untukmu," tulis Bryant di akun Twitter pribadinya.

Dalam wawancara dengan foxnews.com, James mengaku itu bukanlah pesan motivasi Bryant yang pertama untuknya. Dia ingat, sang superstar acapkali berbicara dengan anak-anak di kamp basket.

"I remember one thing he said: If you want to be great at it, or want to be one of the greats, you've got to put the work in. There's no substitution for work," ujar James menirukan ucapan Bryant seperti dikutip dari foxnews.com.

Ternyata, itu menjadi pesan terakhir Bryant untuk James. Sang legenda secara mengejutkan meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter di California, Minggu (26/1) waktu setempat.

James pastinya kehilangan. Semua fans LA Lakers, penggemar basket, dan pecinta olahraga di belahan dunia manapun, pasti kehilangan Bryant.

Dan memang, setiap cabang olahraga itu punya pemain bintang. Pemain kesayangan. Namun, tidak semua pemain bintang itu bisa menjadi ikon yang bisa menembus batas sekat olahraganya.

Maksudnya, banyak pemain bintang tapi ia hanya dikenal oleh pecinta olahraganya saja. Sedikit saja atlet yang benar-benar terkenal luas, sehingga orang yang tidak suka dengan olahraganya pun tahu kiprahnya. 

Kenapa mereka terkenal luas? Karena publik mencintai mereka. Bukan hanya karena prestasi dan pencapaiannya. Tapi juga karena kepribadian dan segala yang melekat pada diri mereka sehingga membuat mereka memang spesial.

Ambil contoh di MotoGP, nama Valentino Rossi akan abadi meski banyak rider-rider hebat bermunculan. Begitu juga Michael Schumacher di Formula 1. Atau nama Diego Maradona, hingga Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di sepak bola.

Di dunia basket, orang mengenal Michael Jordan sebagai 'pahlawan' terbesar olahraga ini. Dan, selepas Michael Jordan pensiun dengan nomor 23 nya, tampillah Kobe Bryant. Bila Jordan terus dikenang, Kobe Bryant pun akan begitu. Karena dia memang legenda. Salam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun