Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama FEATURED

Tak Hanya PNS, Pekerja "Tak Punya Kantor" Juga Dilarang Malas

12 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 9 Agustus 2019   03:22 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Pixabay.com/StartupStockPhotos

Selama dua hari kemarin, berita di media arus utama didominasi oleh kabar hari pertama kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) usai libur cuti bersama Lebaran. Media menyajikan liputan wartawannya dari berbagai kota, utamanya tentang PNS yang bolos kerja di hari pertama.

Semisal di Pemprov Banten, dilaporkan ada 219 PNS yang terancam sanksi karena bolos tanpa keterangan di hari pertama kerja usai liburan. Menurut berita di news.detik.com, ada 373 orang tak hadir saat apel.

Sebanyak 154 orang di antaranya terlambat, sedangkan 219 orang membolos tanpa keterangan. Mereka yang bolos akan dipanggil untuk dimintai keterangan (219 PNS Banten yang Bolos Kerja Usai Lebaran Terancam Sanksi).

Tidak hanya dari Banten, berita PNS dari pemerintah kota/kabupaten dan pemerintah provinsi lainnya yang tidak masuk kerja tanpa keterangan di hari pertama kerja usai libur Lebaran, juga menjadi ulasan utama beberapa media pada sepanjang dua hari kemarin.

Dan puncaknya adalah berita Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan akan memberi hukuman skors bagi para aparatur sipil negara (ASN) yang bolos pada hari pertama kerja usai libur Lebaran 2019. Dikutip dari CNN, Mendagri akan memberi teguran tertulis dan merumahkan para ASN yang bolos selama tiga hari (Mendagri Rumahkan PNS yang Bolos Kerja Usai Lebaran).

Antusiasme media memberitakan PNS yang bolos tersebut harus dipahami sebagai bentuk kontrol sosial kepada kinerja abdi negara yang bekerja dengan digaji dari uang rakyat. Singkat kata, jangan sampai, setelah libur lebaran, semangat kerja para PNS malah kendur. Sebaliknya, mereka harus punya semangat baru dalam melayani masyarakat.

Nah, bila PNS diatur oleh aturan yang tidak membolehkan mereka membolos kerja plus sanksi bila mereka melanggar, bagaimana dengan kita yang bekerja tanpa kantor dan tanpa aturan tertulis, bolehkah kita membolos di hari pertama kerja usai libur Lebaran?.

Ambil contoh saya selaku penulis lepas alias freelance writer yang terbiasa bekerja di rumah, yang tentu saja tidak perlu melakukan apel sebelum kerja ataupun terikat oleh aturan jam kerja seperti halnya PNS yang harus masuk jam sekian dan pulang jam sekian. Bila harus menjawab pertanyaan tersebut, saya memilih untuk tidak membolos (tentunya dalam makna yang sangat berbeda dengan berita PNS).

Ya, bilapun tidak ada aturan ketat plus sanksi, bilapun tidak ada apel kerja ataupun aturan jam masuk dan pulang kerja, bukan berarti pekerja yang tidak punya kantor, bisa bekerja semaunya. Bukan berarti karena masih dalam suasana Lebaran, lantas ikut 'bolos kerja' dengan mengulur-ulur waktu liburan sampai batas waktu yang terserah dirinya sendiri.

Sebab, sama seperti halnya PNS, pekerja lepas yang tidak memiliki kantor, juga wajib memiliki semangat baru setelah Lebaran. Tidak boleh bermalas-malasan. Bedanya, bila menjadi PNS, jauh lebih mudah untuk memotivasi dirinya masuk kerja di hari pertama setelah Liburan dikarenakan adanya sanksi yang bisa berpengaruh bagi pekerjaannya.

Sementara bagi pekerja lepas, kita harus bisa memotivasi diri sendiri untuk bisa langsung 'gas pol' meski masih suasana liburan. Ini yang tidak mudah. Sebab, kita harus memaksa diri sendiri untuk bekerja meski badan mungkin masih menginginkan menikmati liburan lebih lama.

Ada beberapa cara agar kita merasakan semangat baru untuk kembali produktif bekerja di rumah, meski masih suasana liburan. Bagaimana caranya?

Dompet/Rekening Butuh Pemasukan
Bagi pekerja lepas, cara paling mudah untuk menggugah semangat diri adalah dengan berpikir perihal kebutuhan yang harus dipenuhi. Bahwa setelah libur Lebaran, dompet dan rekening harus segera kembali terisi.

Utamanya bagi yang sudah berkeluarga. Utamanya setelah cukup banyak pengeluaran setelah libur Lebaran, baik untuk urusan mudik ataupun belanja kebutuhan lebaran.

Bila ingin mengisi rekening, tidak ada cara lain selain memulai bekerja lebih awal. Semisal penulis lepas, bila ingin kembali mendapatkan penghasilan, memproduksi tulisan menjadi satu-satunya cara. Bagi penulis lepas, motivasi inilah yang paling mudah untuk menggugah semangat kerja setelah libur Lebaran.

Sebab, bila PNS, gajinya tentu sudah jelas dan teratur cair setiap bulan. Mau mereka rajin masuk kerja ataupun oknum yang kerja sambil "nyuri-nyuri" waktu nongkrong di warung kopi' ketika jam kerja, di akhir bulan mereka tetap gajian. Bahkan, bila mengalami sakit dan tidak bisa bekerja selama seminggu, selama izinnya sakitnya memang jelas, gaji tetap cair bukan?.

Sementara bagi penulis lepas, kalau mau 'gajian' ya harus menulis terlebih dulu. Bila malas-malasan, ya siapa yang mau mentransfer ke rekening orang yang malas bekerja/menulis. 

Menyediakan Waktu Khusus untuk Bekerja
Nah, setelah memotivasi diri untuk kembali semangat bekerja, cara berikutnya adalah mengatur waktu bekerja. Meski tidak punya waktu kerja yang terukur seperti PNS, penulis lepas harus memiliki waktu untuk bekerja. Harus ada waktu yang tepat dan khusus, kapan kita memacu diri untuk produktif menghasilkan tulisan.

Pengaturan waktu khusus ini penting agar kita punya waktu kerja yang efisien dan tidak asal-asalan bekerja. Sebab, bila ada pengaturan waktu, kita akan lebih disiplin untuk memulai bekerja. Sebaliknya, bila tanpa ada pengaturan waktu dan bekerja hanya mengandalkan mood, kita akan cenderung bermalas-malasan dan menunda-nunda pekerjaan.

Umumnya, setiap penulis lepas memiliki "writing time"-nya sendiri-sendiri. Ada yang terbiasa menemukan kekhusyukan menulis di sepertiga malam ataupun selepas shalat Shubuh. Ada yang sebelum tidur. Atau bahkan ada yang di siang hari.

Saya terbiasa memaksimalkan waktu setelah Shubuh untuk menulis sebelum mengantar anak-anak berangkat ke sekolah. Lantas melanjutkan menulis bila kebetulan tidak agenda bertemu/mewawancara orang. Atau juga waktu malam sebelum tidur ketika anak-anak sudah terlelap, itu waktu yang berharga untuk menghasilkan tulisan.

Tentukan Target Kerja/Tulisan
Agar efektif dan efisien, sebuah pekerjaan seharusnya memiliki target yang jelas. Tidak bisa bekerja dengan hanya berprinsip mengerjakan sekadarnya, sedapatnya, ataupun semampunya. Justru, bekerja harus memaksa diri agar patuh pada target yang telah dibuat.

Setahu saya, PNS merupakan salah satu predikat bekerja yang mengedepankan target. Terlebih, ada DPRD yang memiliki fungsi kontrol terhadap kinerja PNS. Semisal membuat saluran air atau jembatan, harus jelas kapan mulai dan kapan target selesainya karena berkaitan dengan penganggaran.

Menjadi penulis lepas pun harus begitu. Meski tanpa ada lembaga khusus yang ikut mengawasi kinerja kita, kita tetap harus membuat target jelas. Semisal dalam satu hari atau satu minggu menghasilkan berapa tulisan. Atau, ketika menulis buku, ditarget per hari menyelesaikan berapa halaman dan kapan bukunya akan selesai.

Menentukan target ini bisa berdampak penting dalam menghadirkan semangat kerja. Ketika kita telah memiliki target-target apa yang bisa kita selesaikan dalam kurun waktu tertentu, maka itu akan mendorong sekaligus menjadi pengingat bahwa kita sedang membuat sebuah komitmen terhadap diri kita sendiri. Komitmen yang tentunya harus dipenuhi, bukan sekadar dibuat.

Tentu saja, selain tiga hal tersebut, masih ada banyak cara lainnya agar kita bisa lebih bersemangat dan lebih produktif untuk kembali bekerja selepas Libur Lebaran. Bahwa, apapun pekerjaan kita, setiap kita punya cara untuk memotivasi diri atau bahkan mengakali rasa malas yang masih belum hilang selepas libur Lebaran. Salam Semangaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun