Dikutip dari Badmintalk_com, Susy Susanti menyebut bahwa untuk bisa bersaing di tingkat dunia, secara garis besar, fisik tunggal putri harus ditingkatkan. Menurutnya, untuk Gregoria, mental tandingnya sudah oke. Namun, fisik dan kekuatan kaki harus ditingkatkan. Sementara untuk Fitriani, teknis dan mental yang mesti diperbaiki agar bisa konsisten di lapangan. "Mereka harus belajar. Seperti tunggal putra yang mentalnya bagus-bagus. Saya ingin anak-anak belajar dari merea," ujar Susy.
Tunggal Putri Indonesia "sold out" cepat di Hyderabad Open 2018
Apakah tunggal putri Indonesia hanya dua pemain itu saja?
Sebenarnya tidak. Indonesia masih punya beberapa tunggal putri yang sering tampil di turnamen-turnamen. Seperti Dinar Dya Ayustine dan Ruselli Hartawan yang masuk tim Piala Uber 2018 (nama terakhir juga masuk tim beregu putri Asian Games 2018). Juga ada nama Choirunnisa, Aurum Oktavia dan Lyanny Alessandra Mainaky. Sayangnya, prestasi mereka masih naik turun untuk tidak menyebut penampilan mereka masih labil.
Terbaru, sejak awal pekan ini, mereka tampil di turnamen bulutangkis Hyderabad Open 2018 di India (inilah yang sebenarnya menjadi ide utama dari tulisan ini). Tunggal putri sebenarnya diharapkan bisa membawa pulang gelar. Sebab, Dinar menjadi unggulan 1, Lyanny jadi unggulan 2 dan Ruselli jadi unggulan 6.
Namun, yang terjadi, mereka "sold out" cepat. Tidak satupun tunggal putri Indonesia yang bisa lolos ke perempat final. Mereka berguguran di babak 16 besar. Dinar takluk dari pemain Singapura, Yeo Jia Min 15-21, 15-21. Sementara Ruselli kalah dari pemain Korea Selatan, Kim Ga-eun 12-21, 14-21. Dan Choirunnisa kalah rubber game dari pemain Hongkong, Joy Xuan Deng 21-19, 11-21, 13-21 seperti dikutip dari bwf.tournamentsoftware.com.
Selain masalah fisik dan mental, konsistensi penampilan masih menjadi masalah akut. Ruselli, pemain kelahiran Jakarta berusia 20 tahun yang di tahun 2017 lalu berhasil meraih tiga gelar (Kejurnas, Malaysia International dan Singapore International) tahun ini belum meraih gelar. Prestasi terbaiknya di tahun ini adalah menjadi finalis Finnish Open 2018 (dikalahkan Gregoria Mariska di final). Sementara Dinar yang sempat mencuri perhatian dengan menjadi ,juara Vietnam International di awal tahun ini, tidak mampu lagi membuat kejutan. Meski diunggulkan di beberapa turnamen, pebulutangkis kelahiran Karangnyar, Jawa Tengah berusia 24 tahun ini tak mampu meraih gelar lagi.
Ah, semoga kerinduan melihat kembali tunggal putri Indonesia yang memiliki prestasi di tingkat dunia sehebat Bu Susy, bukan sekadar rindu tak berbalas. Semoga bukan seperti kerinduan fans klub sepak bola yang lebih senang melihat kejayaan klubnya di masa lalu sebagai pelipur lara karena di era sekarang klubnya masih tampil labil. Salam bulutangkis. Â