Bermain cepat, menguasai area depan net dan membatasi pukulan lob yang  bisa menjadi santapan ganda jangkung berjuluk "duo menara" itu, Fajar/Rian berhasil menang rubber game 21-14, 19-21, 21-13. Kemenangan ini menjadi bukti nyata melonjaknya performa Fajar/Rian. Sebelumnya, mereka pernah kalah dari Li/Liu di Indonesia Maesters 2018 dengan margin skor yang cukup jauh.
Dan di final, kita tahu bagaimana penampilan hebat Fajar/Rian ketika menghadapi Marcus/Kevin yang lebih diunggulkan. Ketika kalah di semifinal Indonesia Open, Fajar memuji penampilan Kevin yang tampil ganas di depan net seolah ingin 'memakan' mereka. Di final Asian Games 2018, Fajar lah yang terlihat lebih ganas di depan net. Beberapa kali dia berhasil memenangi pertarungan di depan net melawan seniornya itu. Â
Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Rian menyebut mereka telah menjalani latihan berat untuk persiapan ke Asian Games. Terutama meningkatkan power tangan. Serta membulatkan motivasi bahwa mereka memang layak terpilih main di Asian Games daripada pasangan ganda putra Pelatnas lainnya. Bahkan, mereka sengaja menambah porsi latihan seperti defense, memukul shuttlecock ke tembok, servis atau yang lain.
"Kami bisa lebih matang menerapkan pola permainan kami, dan kami jarang membuat kesalahan sendiri.Sekarang kami bisa lebih mengontrol, tahu permainan kami bagaimana, kami kan pola mainnya menyerang, lebih mendalami itu. Kami masih kurang safe, tapi akhir-akhir ini sudah membaik," ujar Rian.
Secara permainan, Fajri--terutama Fajar, telah berhasil meng-copy permainan Kevin yang sangat cepat dalam adu pukulan drive maupun menyambar bola tanggung di depan net. Namun, ada satu hal yang Fajri masih harus belajar dari Marcus/Kevin. Yakni, ketenangan dalam menghadapi poin-poin kritis.
Bahwa jam terbang alias pengalaman menghadapi pemain-pemain top dunia, tidak bisa dibohongi. Ketenangan inilah yang membedakan Marcus/Kevin dan Fajri dan menjadi penentu juara ganda putra Asian Games 2018. Seperti kata Rian dalam wawancara seusai final, bahwa mereka kalah tenang ketika memasuki setting point di angka 22-22.
"Banyak hal, kami evaluasi tentang pertandingan itu, banya pelajaran yang bisa diambil. Kami bisa ukur kemampuan kami dengan mengimbangi pasangan ranking satu dunia, berarti kami sudah ada kemajuan, jadi harus ditingkatkan lagi performanya," sambung Rian dikutip dari https://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/7365.
Toh, penampilan Fajri mendapatkan sorotan khusus dari badminton lover di Indonesia bahkan dari luar negeri. Bahkan, dalam komentar forum badminton lover Tiongkok yang diunggah salah satu akun Instagram yang fokus mengulas badminton, banyak yang menyebut Fajri akan menjadi pesaing utama Marcus/Kevin selain juga ganda Tiongkok di turnamen-turnamen BWF Word Tour di sisa tahun ini.
Dan memang, bila Fajar/Rian bisa meneruskan penampilan "ngeri" mereka selama tampil di Asian Games, serta Marcus/Kevin terus tampil dengan standar permainan mereka, jangan heran bila laga final ganda putra Asian Games 2018 lalu akan sering terulang di turnamen-turnamen BWF World Tour.
Bukankah Asian Games sudah seperti miniatur persaingan di turnamen BWF World Tour. Lawan-lawan yang dihadapi hampir sama. Hanya minus beberapa pemain top Eropa seperti dua ganda Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen dan Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding serta ganda Rusia, Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov.