Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Siap Mudik Siap Selamat, Karena Tidak Ada Mudik Seharga Nyawa

17 Juni 2017   11:33 Diperbarui: 17 Juni 2017   12:09 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siap untuk Mudik Bareng 2017/Foto Pribadi

Apakah makna mudik bagi anda dan keluarga? Apakah mudik hanya dimaknai sebagai aktivitas kembali pulang ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga besar.

Bagi Anton Kusnanto, aktivitas mudik itu seperti berburu foto/berita. Bahwa, bisa mendapatkan berita dan foto terbaik dan paling eksklusif itu memang penting. Namun, tidak ada berita dan foto yang seharga nyawa. Karenanya, keselamatan diri adalah yang utama.

Sebagai fotografer yang puluhan tahun bekerja di media massa dan kenyang ditugaskan di tempat-tempat jauh dari hingar bingar kota maupun di daerah bencana alam seperti gunung meletus, prinsip tidak ada foto seharga nyawa itu diresapi Anton. Baginya, ketika bekerja, dirinya bukan hanya fotografer yang bekerja untuk kantornya, tetapi juga seorang kepala keluarga yang kepulangan nya ditunggu istri dan putra semata wayangnya.

Prinsip keselamatan diri adalah nomor satu itu pula yang dia terapkan ketika memboyong keluarganya untuk mudik ke kampung halamannya di Ponorogo. Bagi pria 36 tahun ini, mudik adalah aktivitas yang harus disiapkan secara matang. Tidak boleh nekad berangkat. Baginya, tidak ada mudik yang seharga nyawa.

Jangan Mudik Nekad Bertaruh Keselamatan

Hampir setiap tahun ketika Hari Raya Idul Fitri, Anton yang sejak 2006 lalu bekerja dan menetap di Surabaya, pulang kampung. Jarak Surabaya-Ponorogo lumayan jauh, sekitar 200 kilometer. Dia bercerita, dulu saat masih bujangan, ia kerapkali mudik menggunakan sepeda motor. Kala itu, mudik bersepeda motor memang mengasyikkan karena bisa bareng teman-teman asal Ponorogo yang juga merantau di Surabaya.

Namun, ceritanya berbeda ketika ia sudah berkeluarga. Baginya, mudik memakai sepeda motor dengan membonceng istri dan juga anaknya tidak lagi mengasyikkan, tapi justru malah ribet dan membahayakan keselamatan. Terlebih bila membawa barang bawaan over kapasitas yang membikin nyetir motor jadi tidak nyaman. Apalagi jalanan penuh sesak oleh kendaraan. Dia tidak mau mudik nekad yang mempertaruhkan keselamatan keluarganya di jalanan.

"Jangan pernah mudik nekad. Tapi harus ada persiapan matang. Mudik itu harus senang dan selamat, bukan malah susah dan membahayakan keselamatan. Seperti juga mencari foto, tidak ada mudik yang seharga nyawa," ujarnya.

Sejak itu, dia tak pernah lagi mudik nekad membawa sepeda motor. Dia beralih selera, mudik memakai angkutan publik, yakni bus eksekutif jurusan Surabaya-Ponorogo. Tapi, mudik naik bus di terminal juga dirasanya kurang nyaman. Sebab, jumlah armada nya terbatas sementara yang mudik ratusan bahkan ribuan orang. Sehingga untuk bisa naik bus harus rebutan. "Pernah kehabisan nggak dapat tiket. Terpaksa pilihan terakhir naik bus umum. Nunggunya lama. Begitu ada bus malah nggak kebagian kursi karena bawa anak, jadi nya nggak bisa desak-desakan berburu bangku," kenang Anton.

Sialnya, cerita mudik naik bus umum yang untuk naik saja harus uyel-uyelan (berdesak-desakan) demi mendapatkan bangku itu dilakoninya selama beberapa tahun setiap jelang Lebaran. Sampai kemudian, dia mengetahui informasi mudik gratis yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Jawa Timur. Dia pun tak berpikir panjang untuk ikut mendaftar. Kini, setiap tahun jelang mendekati Lebaran, dia menunggu informasi mudik gratis dari pemerintah. Tahun ini sudah tahun ketiga dia ikut mudik gratis. "Ada program mudik gratis ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena kan praktis, ga ribet, nyaman dan gak uyel-uyelan. Apalagi dikawal sampe tujuan," ujarnya.

Anton bersama putra nya saat mudik gratis Dishub Jatim tahun 2016 lalu/Foto Anton Kusnanto
Anton bersama putra nya saat mudik gratis Dishub Jatim tahun 2016 lalu/Foto Anton Kusnanto
Siap Mudik Siap Selamat di Jalan

Merujuk pada esensi tujuannya, mudik itu memang penting dan bermanfaat untuk menguatkan silaturrahmi. Terlebih bagi kita yang bekerja di luar kota dan jarang sekali pulang. Momen mudik bisa menjadi momentum untuk bertemu kembali dengan keluarga besar. Namun, jangan sekali-kali demi mudik lantas mengabaikan keselamatan. Bahwa siap mudik, siap selamat di jalan.

Dulu, sekira lima tahun lalu, sore sepulang kerja pada beberapa hari jelang Hari Raya, saya acapkali berpapasan dengan masyarakat yang mudik memakai sepeda motor. Tak sekadar mengendarai motor, tetapi penampakan mereka sangat ajaib. Ada motor dinaiki empat orang (orang tua dan dua anaknya). Parahnya, itu masih ditambah barang-barang bawaan yang ditaruh di jok belakang dan bagian samping motor. Tentu saja, duduk berdesakan dengan barang di atas motor, sangat tidak nyaman bagi pemudik. Ironisnya, cara mudik ribet seperti itu dulunya sangat diminati masyarakat.

Padahal, mudik dengan cara seperti itu sangat membahayakan keselamatan pengendara karena gerak mereka untuk menguasai motor jadi tidak leluasa. Terlebih dalam kondisi berpuasa dan jalanan yang sesak oleh kendaraan, perjalanan menjadi melelahkan dan konsentrasi berkendara mudah menurun. Dan itu menjadi awal terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban.

Tidak mengherankan bila beberapa tahun lalu, angka kecelakaan ketika mudik hari raya--utamanya pengguna motor--masih tinggi. Data dari Kementerian Perhubungan, pada Lebaran tahun 2015 lalu, tercatat ada 4661 kecelakaan pemudik menggunakan sepeda motor. Lalu pada 2016 lalu, kecelakaan kendaraan roda dua mencapai 70 persen dan mendominasi angka kecelakaan.

Data kecelakaan saat mudik semakin menurun/sumber: Kementerian Perhubungan
Data kecelakaan saat mudik semakin menurun/sumber: Kementerian Perhubungan
Kabar bagusnya, dalam beberapa tahun terakhir, tren masyarakat yang mudik nekad memakai sepeda motor ini semakin berkurang. Kalaupun ada, tidak sebanyak lima tahun lalu. Penurunan jumlah pemudik dengan sepeda motor itu tidak lepas dari kebijakan Kementerian Perhubungan yang mengadakan mudik gratis untuk pengguna sepeda motor. Konsepnya, motor pemudik akan diangkut dengan truk sehingga pemilik motor dapat mudik dengan moda transportasi yang lebih aman dan nyaman. 

Gagasan Kemenhub ini lantas diikuti oleh Dinas Perhubungan di level provinsi yang juga menggelar mudik gratis untuk pengguna sepeda motor dengan menggunakan moda transportasi bus. Sehingga, bukan hanya masyarakat di Jakarta yang akan mudik ke kampung halamannya yang bisa menikmati kemudahan mudik ini. Masyarakat di provinsi di luar Jakarta juga bisa merasakan nikmatnya program mudik gratis ini. Apalagi, moda transportasi mudik gratis yang digelar pemerintah ini juga fleksibel. Tidak hanya bus, tapi juga kapal laut dan kereta api.

Dan, kabar bagusnya, kebijakan mudik gratis pemerintah ini terbukti cukup ampuh untuk mengurangi angka kecelakaan yang terjadi di jalanan selama mudik Lebaran. Dari data yang ada, angka kecelakaan selama mudik dari tahun 2014 ke 2015 dan 2016, terus menurun. Semoga di tahun 2017 ini jumlah kecelakaan di jalan selama mudik, semakin jauh berkurang.

Mudik Aman dan Nyaman dengan Mudik Gratis Pemerintah

Kebijakan Kementerian Perhubungan menggelar mudik gratis ini direspons bagus oleh masyarakat. Setiap tahun, program ini ditunggu-ditunggu masyarakat yang akan merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung halaman. Tidak heran, ketika pendaftaran dibuka, peminatnya membludak.

Tinggi nya animo masyarakat tersebut bukan hanya karena bisa mudik tanpa harus mengeluarkan biaya alias gratis. Namun, ada banyak kemanfaatan yang bisa dirasakan pemudik yang mengikuti mudik bareng. Berikut adalah beberapa kemanfaatan yang bisa dirasakan pemudik dengan ikut mudik gratis. Saya merangkum nya dari hasil wawancara dengan beberapa orang yang rutin mengikuti mudik gratis.

1. Fasilitas Nyaman

Program gratis acapkali dikonotasikan dengan fasilitas yang diberikan juga seadanya. Namun, jangan lantas mengartikan program mudik gratis Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan ini kendaraan (bus) yang disiapkan seadanya saja. Sebaliknya, fasilitas bus yang disiapkan adalah yang terbaik.

Saya mendapat kiriman foto bus yang dipakai mudik gratis tahun lalu via WhatsApp dari teman saya, Anton Kusnanto. Dari foto tersebut, saya bisa melihat betapa gagahnya tampilan busnya. Kondisi busnya juga masih terbilang cukup baru, dilengkapi pendingin udara dan juga fasilitas toilet. Bisa dibilang busnya mewah.

Begini tampilan bus yang dipakai mudik gratis 2016/Foto: Anton Kusnanto
Begini tampilan bus yang dipakai mudik gratis 2016/Foto: Anton Kusnanto
Tampilan bus seperti itulah yang membawa pemudik pulang kampung ke berbagai kota tujuannya. Dalam hal ini, Kementerian Perhubungan dan juga instansi di bawahnya, sangat aware (sadar), bahwa untuk menarik minat masyarakat mengikuti mudik gratis, maka fasilitas yang disiapkan harus nomor satu.

2. Aman dan Nyaman

Dengan mengikuti program mudik gratis, pemudik tinggal duduk manis di kursi bus sembari bisa mengobrol dengan keluarga ataupun sesama pemudik. Bahkan, pemudik bisa tidur dengan nyaman di kursi bus yang lebar dan empuk. Tentunya kenyamanan selama mudik itu sangat mendukung bagi mereka yang berpuasa.

Bandingkan bila pemudik menggunakan sepeda motor. Menempuh jarak puluhan kilometer, pemudik harus menghadapi kemacetan di jalan yang rentan membuat pemudik mudah emosi dan kehilangan kesabaran. Belum lagi bila cuaca panas atau hujan deras. Selain itu, pemudik yang dalam kondisi capek dan terkadang mengantuk, tentunya sangat rawan terjadi kecelakaan.

3.Lebih Irit

Namanya mudik gratis, tentu lebih irit. Pemudik tidak perlu mengeluarkan duit untuk ikutan mudik gratis. Mungkin hanya perlu semangat untuk ikut mengantre mendapatkan tiket mudik gratis. Dengan mudik lebih irit, duit yang harusnya dipakai untuk biaya selama perjalanan, bisa dipakai untuk kebutuhan Lebaran ataupun disisihkan untuk orang tua di kampung.

Dari informasi yang saya baca di salah satu media cetak nasional pada Jumat (16/6) kemarin, total pemudik tahun ini diprediksi mencapai 19,04 juta jiwa. Pemerintah siap mengerahkan 167 ribu personel untuk melayani masyarakat. Mulai dari personel kepolisian dan anggota TNI, petugas Kementerian Perhubungan, tenaga medis, mekanik dan lainnya. Sebanyak 167 ribu personel tersebut tidak ikut menikmati cuti libur lebaran demi mewujudkan mudik tahun ini berjalan lancar dan aman. 

Semoga, kerja keras pemerintah ini juga dibarengi kesadaran dari masyarakat yang akan mudik. Kesadaran untuk siap mudik siap selamat. Kesadaran untuk menomorsatukan keselamatan di jalan dibanding mudik itu sendiri. Karena memang, tidak ada mudik seharga nyawa. Selamat mudik dan merayakana lebaran di kampung halaman. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun