Mohon tunggu...
Habiba Asmarani
Habiba Asmarani Mohon Tunggu... Lainnya - Pedagang Kopi

Merawat pikiran baik

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Generasi Sandwich? Mengapa Mereka Ada?

3 Desember 2020   10:20 Diperbarui: 3 Desember 2020   10:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari dangers of eat beards via istockphoto


Bekerja, gajian, setor ke orangtua, sisa untuk dirinya. Sesederhana itu. Apakah itu keliru? Tidak. Itu normal, bahkan patut di apresiasi.

Banyak orang serupa melakukan hal tersebut secara berulang. Ada yang merasa itu tanggung jawab atau amanah. Ada juga yang mikir itu beban.

Lantas mengapa mereka ada? Itu jawaban yang susah. Banyak faktor yang menyebabkannya. Mungkin yang utama adalah orangtua yang memintanya. Atau juga ia yang memberikan atas dasar kesadaran dan kecintaannya.

Jika orangtua meminta karena memang tak mampu, hanya sekedar untuk bertahan hidup bagi saya bukan masalah. Tapi jika itu meminta sebagai tuntutan balas budi itu sangat keliru wahai orangtua.

Seharusnya banyak orangtua yang berpikir bahwa anak itu harus bahagia. Bukan hanya dirinya. Jangan menjadikan anak sebagai alat untuk hidup. Tapi jadikan dia sebagai alat untuk terus berbakti.

Jika anak di didik selalu berbakti pasti mereka tanpa di minta akan terus membantu. Bahkan mungkin membiayai kehidupan orangtua dengan ikhlas.

Lantas mengapa banyak yang mengeluh? Bagi aku yang mengeluh kemungkinan manja, pamrih. Jika kalian tidak mampu bilang saja. Semudah itu. Ingat berani menyampaikan pendapat adalah hal penting.

Jangan kalian lantas menggerutu atas keadaan kalian yang harus menjadi generas sandwich. Masih untung jadi sandwich. Gimana kalau kalian jadi Generasi Roti Bakar? Panas kan. Hehe.

Itu aja dulu pahamnya aku. Bagiku jangan pernah sok-sokan ngeluh. Hidup susah ga kalian aja banyak kok. Jangan jadi orang sok paling menderita. Baru segitu aja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun