Mohon tunggu...
Ulwan Zaidan
Ulwan Zaidan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan seorang mahasiswa

gemar mengabadikan momen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Keluarga dalam Menghadapi Pembelajaran Daring

15 November 2022   18:34 Diperbarui: 15 November 2022   18:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak belajar dengan orang tua (edutopia.org)

Berlakunya belajar melalui media online kepada seluruh pelajar saat pandemi Covid-19 menimbulkan dampak baik ataupun sebaliknya dikalangan masyarakat. Dampak yang dirasakan tidak hanya oleh anak namun juga dirasakan oleh orang tua selaku pendamping anaknya ketika belajar daring. Pentingnya peran seluruh anggota keluarga dalam bekerja sama sangat dibutuhkan disaat pandemi Covid-19. 

Aspek Sosial Anak

Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk belajar daring, maka anak-anak melakukan kegiatan belajar di rumah bersama ibu atau anggota keluarga yang lain. Dengan begitu, proses sosialisasi anak dapat terganggu. Sebelumnya, anak dapat melakukan interaksi secara langsung dengan guru dan teman-temannya sehingga akan menstimulasi perkembangan sosial emosionalnya. 

Tidak disangka pandemi memutus interaksi anak secara langsung. Kekerasan pada anak juga tak jarang terjadi pada saat proses  pembelajaran dalam jaringan. Salah satunya kekerasan verbal pada anak berupa bentuk ucapan dari orang tua untuk anak yang bersifat mengancam, menekan, menakuti, dan menghina. Orang tua seringkali tidak sengaja melakukan kekerasan verbal pada anak. 

Ucapan-ucapan yang bernada menghina dan merendahkan itu akan direkam dalam pita memori anak. Semakin lama, maka akan bertambah berat dan membuat anak memiliki citra negatif. 

Motivasi Belajar Anak

Selain menurunnya interaksi sosial anak, pembelajaran daring juga menyebabkan menurunnya motivasi anak dalam belajar. Hal tersebut disebabkan karena anak menjadi lebih ingin bermain dibandingkan harus belajar dan mengerjakan tugas dari sekolahnya. Anak cenderung lebih menyukai bermain permainan dalam gadgetnya maupun bermain bersama teman di sekitar rumahnya. 

Selain itu, terkadang pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang menarik karena fasilitator kurang menguasai teknologi yang dipakai. Akhirnya, anak menjadi jenuh karena kesulitan menerima dan memahami materi yang diberikan dari pihak sekolahnya. Hal ini berdampak pada hasil akhir yang diterima oleh anak tersebut. 

Sarana Belajar Daring

Pada masa pandemi Covid-19, sekolah dan universitas memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi untuk membantu proses belajar mengajar. Aplikasi yang digunakan adalah Zoom, Google Meet,  Google Classroom, Moodle, Rumah belajar, Edmodo, dan Visco Webex. Aplikasi teknologi informasi tersebut dapat digunakan oleh pembelajar dan pengajar yang memiliki sarana pendukung berupa perangkat elektronik, seperti gadget, tablet, laptop, atau komputer. Berdasarkan survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hanya sekitar 71,3% kepemilikan gadget anak usia sekolah. Sedih rasanya mengetahui fakta bahwa tidak semua murid memiliki perangkat elektronik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun