Mohon tunggu...
samsul adi
samsul adi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mendukung Permendag Larangan Menjual Miras di Minimarket

21 April 2015   01:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Saya bukan seorang perokok, juga bukan seorang alkoholic. Akan tetapi, benarkah, seperti kata Gubenur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama bahwa minum bir tidak membuat orang mati ?

Saya sangat setuju dengan kebijakan Menteri Perdagangan Rachmad Gobel mengenai larangan menjual miras  di minimarket dan pedagang eceran. Jika minimarket menjual miras (oplosan) maka anak-anak muda akan mudah mendapatkanya dan akan semakin banyak korban jiwa akibat oplosan.

Sedangkan bir, jika ikut dilarang dijual di minimarket dan pengecer karena dianggap miras, saya tidak setuju bahkan kebijakan itu salah sasaran.

Apabila larangan menjual bir di minimarket dan pengecer dibuat dengan dalih melindungi generasi muda, agaknya terlalu jamak. Sebab masalah yang sedang dihadapi oleh generasi muda saat ini, bukanlah mabuk karena bir , melainkan masalah kelebihan berat badan (obesitas) karena pola konsumsi makanan yang salah.

Masalah obesitas itu, seperti yang dilaporkan United States Centre of Disease Control and Prevention (CDC) pada remaja meningkat dari lima hingga 18.1% dari tahun 1976-2008. CDC juga mengatakan bahwa obesitas mengakibatkan remaja kurang percaya diri, yang berdampak pada prestasi akademik dan kehidupan sosial mereka. Bahkan, bila remaja dengan nekatnya membiarkan diri mereka kelaparan, dapat mengakibatkan risiko defisiensi nutrisi, yang berdampak pada terjadinya anemia, menstruasi yang tidak teratur, dan perkembangan tulang yang buruk.

Obesitas merupakan kondisi dimana persentase lemak dari seorang anak adalah lebih dari 32% untuk Anak perempuan dan 35% untuk anak laki-laki atau ketika berat badan anak lebih dari sebesar 20% dari berat badan ideal mereka sesuai dengan tinggi badan mereka. Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak/olahraga, emosi, faktor lingkungan, faktor sosial,faktor kompensasi, dan faktor gaya hidup.

Makanan apa yang sebaiknya dihindari agar tubuh terlihat atletis ? “ tanya salah satu murid saya.

Di minimarket misalnya, semua apa saja, mulai makanan dan minuman tersedia di dalamnya. Semua yang diperdagangkan di minimarket akan tidak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi melebih batas normal. Apalagi jika itu dikonsumsi tanpa diimbangi dengan porsi latihan fisik secara benar dan teratur.

Banyak orang salah kaprah. “Ah, makanan ini banyak mengandung lemak, bisa membuat kolesterol, “. Padahal lemak sendiri dibutuhkan untuk pembentukan jaringan otot sehingga cocok bagi anda yang ingin sixpack.

Juga banyak anggapan yang keliru soal diet karbohidrat. Padahal konsumsi karbohidrat akan membuat tubuh anda terpenuhi oleh energi. Energi ini yang nantinya akan sangat berguna selama anda menjalani program latihan yang berat. Glikogen yang terdapat pada karbohidrat merupakan sumber energi dan menjadi nutrisi kunci untuk mendapatkan perut sixpack.

Sama halnya dengan bir. Apakah bir itu memabukkan ? kita mengkonsumsi teh hijau secara berlebihan juga mengakibatkan gangguan kesehatan. Diet berlebihan juga akan berdampak buruk bagi tubuh.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah generasi muda zaman sekarang diperlukan edukasi makanan sehat dan olahraga, bukan dalam bentuk pelarangan menjual bir yang berdampak pada maraknya oplosan. Sudah banyak anak-anak muda yang menjadi korban oplosan.

Saya sangat benci asap rokok, rokok masih dijual bebas di minimarket

Merokok sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat perkotaan saat ini, termasuk remaja dan anak-anak. Menurut data Kemenkes, sejak tahun 1995-2007, jumlah perokok remaja meningkat hingga 12 kali lipat.

Menurut data Kemenkes tahun 1995 jumlah perokok anak dan remaja berusia 10-14 tahun di Indonesia mencapai 71.126 orang. Angka ini kemudian meningkat 6 kali lipat menjadi 426.214 pada tahun 2007. Kemudian tahun 2010, jumlah perokok aktif pada anak-anak usia 10-14 tahun sebanyak 3,9 juta

Meskipun sudah ada sejumlah regulasi mengenai kawasan bebas rokok dan kawasan terbatas rokok, namun rokok masih dijual di minimarket. Banyak anak-anak sekolah yang membeli rokok dibandingkan membeli bir.

Merokok bagi saya sangat mempengaruhi ketika nafas ketika akan memulai latihan cardio. Saya sering menyarankan kepada murid saya untuk tidak merokok agar jantung lebih sehat. Merokok bagi saya jauh lebih berbahaya dalam jangka waktu panjang dibandingkan dengan mengkonsumsi sebotol bir.

Ada beberapa “body trainer” yang memilih mengkonsumsi bir untuk meregangkan otot usai angkat beban usai latihan.

Otot sendiri perlu diistirahatkan, sama halnya dengan bagian tubuh lainnya yang juga perlu istirahat yang cukup untuk pembentukan jaringan otot.  Selain pola makan, istirahat yang cukup merupakan modal dasar agar tubuh selalu sehat. Sayangnya, karena pekerjaan, masalah istirahat ini sering diabaikan

Apa yang harus kita lakukan ?

Apabila pemerintah peduli dengan generasi muda maka seharusnya memulai memikirkan regulasi mengenai kurikulum khusus berolahraga bagi semua siswa di sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai Universitas. Edukasi pola makan dan pola hidup sehat juga perlu ditanamkan di sekolah dan keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun