Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani dan Setia Menghadapi Penderitaan!

17 September 2021   12:16 Diperbarui: 17 September 2021   12:17 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penderitaan merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa disangkal dalam kehidupan manusia. Penderitaan akan berakhir ketika manusia menyelesaikan peziarahan hidupnya di dunia. 

Setiap manusia memiliki kadar penderitaan hidup yang berbeda-beda. Tetapi yang sering terjadi, ada manusia yang merasa bahwa penderitaan yang dialaminya lebih berat dari pada yang dialami oleh orang lain.

Padahal belum tentu bahwa masalah yang dihadapinya lebih besar dari pada yang dihadapi oleh orang lain. Dan bisa jadi, orang lain yang justru lebih menderita dari pada dirinya atau keluarganya.

Dalam Injil, dikisahkan tentang pemberitahuan kedua terkait penderitaan yang akan dialami oleh Tuhan Yesus. Pemberitahuan yang dimaksudkan ialah bahwa Yesus akan mengalami penderitaan dalam jalan salib dan akhirnya akan wafat terpaku di atas kayu salib. 

Tuhan Yesus akan "diserahkan" kepada orang tua-tua Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Kata "diserahkan" oleh beberapa penafsir Kitab Suci diartikan sebagai "nasib buruk yang disediakan manusia jahat bagi orang-orang suci". Ada juga yang menyamakan arti kata "diserahkan" dengan arti "dimanipulasikan". 

Mengapa demikian? Karena manusia-manusia jahat itu, dalam konteks ini orang-orang tua Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, merasa memiliki kebebasan untuk berbuat apa saja kepada Tuhan Yesus, sesuai kehendak mereka. Berbeda dengan penderitaan yang sering dialami oleh manusia di dalam ketidaktahuan, Tuhan Yesus justru telah mengetahui bahwa Ia akan menderita dan "dibunuh"nantinya. 

Bukan hanya sekedar tahu, Ia pun memberitahukannya kepada murid-murid-Nya. Mengapa demikian? Karena, Tuhan Yesus tidak bertujuan untuk hanya memberikan informasi-informasi historis saja, tetapi juga mengajak para murid untuk mampu memaknai penderitaan dan kematian yang akan dialami-Nya. Ia tidak lari, tetapi taat pada kehendak Bapa, untuk menerima kenyataan yang akan terjadi.

Saudara-saudari yang terkasih!

Hari ini, kita diajak untuk mampu menghadapi setiap penderitaan yang kita alami secara sadar sebagai orang Kristen. Belajar dari pengajaran yang disampaikan Yesus, kita diarahkan untuk mampu menjadi pribadi yang siap berkorban. 

Ketika menghadapi penderitaan dan kemalangan, kita justru diajak untuk tidak selalu menyalahkan Tuhan atau orang lain, atau bahkan menyalahkan diri kita sendiri. Kita diminta untuk berani menghadapi penderitaan dan kemalangan, seperti Yesus. 

Bukan hanya berani, tetapi juga percaya bahwa Tuhan yang telah lebih dahulu mengalami penderitaan, tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia akan menguatkan dan tetap melindungi kita di tengah penderitaan hidup kita. Maka, kita pun diharapkan untuk tetap setia dan teguh dalam iman, walaupun di tengah penderitaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun