Tina baru berusia enam tahun, tapi semangatnya selalu membuat rumah terasa hidup. Ia tinggal bersama orang tuanya dan adik kecilnya, Lana. Bagi Tina, menjadi kakak bukan hanya soal lebih dulu lahir, tetapi juga belajar menjaga dan menyayangi.
Suatu pagi, saat sinar matahari masuk menembus jendela kamar, Tina sudah terbangun. Ia menoleh ke arah ranjang kecil tempat Lana masih terlelap dengan boneka beruang di pelukannya. Tina tersenyum, lalu membangunkannya pelan.
"Lana, ayo bangun. Kita main di halaman, lihat kupu-kupu," bisiknya.
Lana menguap lebar. "Aku masih ngantuk, Kak..." jawabnya manja.
Tina tidak menyerah. "Kalau bangun, nanti bisa lihat kupu-kupu warna kuning. Kamu kan suka sekali sama kupu-kupu."
Mata Lana langsung berbinar. Mereka pun berlari ke halaman rumah. Burung-burung berkicau, angin pagi berhembus lembut. Tina menggenggam tangan adiknya erat-erat, memastikan ia tidak terjatuh.
Benar saja, seekor kupu-kupu kuning hinggap di bunga mawar. Lana berusaha mengejarnya, hampir saja jatuh. Untung Tina sigap menahan tangannya.
"Hati-hati, Lan".Â
Kupu-kupu itu bukan untuk ditangkap, tapi untuk kita lihat bersama," ucap Tina lembut.
Lana terdiam, lalu mengangguk. "Jadi... kupu-kupu harus dibiarkan terbang bebas, ya?"
"Iya," jawab Tina sambil tersenyum. "Kalau dia terbang, kita bisa menikmatinya lebih lama."