Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humor

'Speak of The Devil' (Takhayul Orang Barat)

4 Mei 2012   09:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:44 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13361057621414416880

[caption id="attachment_179177" align="aligncenter" width="583" caption="(ilust speakofthedevilmusicclub.blogspot.com)"][/caption]

Di tengah obrolan yang seru di antara kawan-kawan lama, tiba-tiba ada yang nyeletuk: “Eh, si Polan sekarang ada di mana?”. Belum lagi si penutur selesai berbicara, tak dinyana-nyanasi Polan sudah menampakkan batang hidungnya di depan pintu. Serempak mereka pun berujar: “Wah, panjang umur, lu.” Inilah kalimat mantra yang kita ucapkan kalau seseorang yang sedang kita ‘omongkan’ tahu-tahu muncul bak tamu yang tak diundang. Orang yang mendapat sapaan ‘wah panjang umur kamu’ biasanya akan senyum-senyum di kulum merasa tersanjung, meskipun boleh jadi orang-orang ini baru saja menggosipkan dirinya.

Kalimat beraroma takhayul ‘wah, panjang umur kamu’ ini ternyata bukan monopoli bangsa kita semata. Orang barat pun juga memiliki kalimat senada yang diserukan kalau orang yang sedang dibicarakan sekonyong-konyong nongol yaitu ‘Speak of the devil!’. Idiom ini merupakan kependekan dari mantra ‘Speak of the devil and he doth appear’ yang kira-kira maknanya ‘kalau ngomongi setan nanti dia benar-benar datang’. Berabad silam, kalimat ini diucapkan sebagai peringatan kepada orang yang gemar membicarakan perbuatan maksiat yang dapat mengundang setan datang dan risiko azab yang akan menimpanya. Dengan perjalanan waktu, kalimat ‘Speak of the devil’ ini mengalami perubahan jurus dan kini diucapkan secara jenaka kalau orang yang sedang diperbincangkan tahu-tahu muncul seperti turun dari kahyangan.

Anda tentu pernah mengalami situasi jenaka seperti berikut ini. Di tengah-tengah obrolan yang riuh rendah dan gaduh, tiba-tiba semua orang berhenti berbicara dan kesenyapan meliputi mereka selama beberapa detik. Tak ada orang yang mengomando mereka untuk menutup mulut dan hal ini terjadi spontan begitu saja. Apa komentar kita setelah menyadari fenomena yang ‘ajaib’ ini? ‘Ada setan lewat’, itulah kalimat jenaka yang terucap dari bibir kita. Orang barat pun ternyata mempunyai ucapan senada terhadap fenomena ‘ribut seperti pasar’ menjadi ‘sunyi seperti kuburan’ ini yaitu ‘There’s an angel passing in the room’. Mana yang lebih afdol ‘ada setan lewat’ atau ‘ada malaikat lewat’ nampaknya sulit untuk diperdebatkan.

Ada istilah takhayul lain dalam bahasa kita yaitu ’kualat’ atau ’kena tulah’. Orang akan kualat kalau dia bersikap takabur dan seakan-akan menantang takdir. Kalau dia berkata sambil menepuk dada bahwa seumur hidup belum pernah sakit flu, maka jangan kaget kalau keesokan harinya justru dia kena flu yang bermakna ’dia kualat’. Dalam bahasa Inggris ternyata kualat juga ada dan dinamakan dengan ’jinx’. Salah satu contoh ’jinx’ yang terkenal adalah kapal pesiar ’Titanic’ yang digadang-gadang sebagai ’unsinkable’ (tak mungkin tenggelam) dan justru malah karam pada pelayaran perdananya. ’Titanic’ sudah kualat (jinxed) karena sikap takabur pemiliknya. Selain istilah ’jinx’ juga dikenal kata ’tempting fate’ yang kurang lebih bermakna ’menantang takdir’.

Kata ’jinx’ juga dipakai untuk merujuk kepada orang atau benda yang membawa sial (bring bad luck). Alhasil, orang atau benda tersebut harus dijauhi kalau kita tak ingin mengalami nasib naas. Atau sekurang-kurangnya kita harus mempunyai jimat penangkalnya yang disebut dengan ’charm’ berupa gelang, kalung dan sebagainya. Bahkan kalau ada orang yang membicarakan perihal nasib yang buruk, sering kita berkata ’amit-amit’ sambil mengetuk-etuk meja kayu. Orang barat pun punya ketakhayulan yang sama seperti kita dan cepat-cepat akan melafalkan ’knock on wood’. Nampaknya dalam soal ’superstition’ (takhayul) ini, bangsa di mana pun di dunia punya persepsi yang sama dan dia tetap terpelihara tak lekang oleh kemodernan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun