Mohon tunggu...
Sholahuddin
Sholahuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja Media

Laki-laki pencari Tuhan. Lahir di Boyolali, Jateng. Bekerja di sebuah penerbitan pers di Solo.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Medsos (Bukan) Sumber Berita

8 Januari 2019   10:29 Diperbarui: 8 Januari 2019   11:41 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam kode etik jurnalistik (KEJ) pasal 2 sangat jelas,  Wartawan Indonesia menempuh cara-cara profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Salah satu penafsiran pasal itu menjelaskan, wartawan menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya. Lebih tegas lagi pada Pasal 3 KEJ, bahwa wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. 

Penafsirannya, menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

Dalam buku Sembilan elemen Jurnalisme ala Bill Covach dan Tom Rosenstiel (2001) menyebutkan bahwa  intisari jurnalisme adalah sebuah disiplin verifikasi. Disiplin verifikasi merupakan langkah yang membedakan jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Verifikasi berarti menguji atas sebuah informasi sehingga ditemukan kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan secara jurnalistik.

Saya meyakini, media sosial bukanlah sumber yang masuk kategori "jelas sumbernya" seperti makna dalam kode etik itu. Mengutip informasi di Medsos yang menyebar luas (viral) juga bukan dari proses kerja check and recheck itu. Mengutip Medsos apa adanya melanggaran disiplin verifikasi.

Informasi Medsos masuk dalam kategori "tidak jelas" sampai ditemukan konfirmasi kebenaran informasi tersebut. Dengan demikian menjadikan medsos sebagai sumber berita adalah pengkhianatan terhadap kode etik dan prinsip-prinsip jurnalisme. 

Informasi di Medsos hanya bisa diperlakukan sebagai informasi, petunjuk saja. Untuk bisa dijadikan sumber berita, informasi di Mesos perlu proses verifikasi secara cukup itu.  Saya meyakini para jurnalis memahami prinsip ini. Tapi karena pertimbangan-pertimbangan bisnis, ingin cepat, atau karena kemalasan untuk menguji informasi itu, maka langkah cepat yang dilakukan adalah mengkopi begitu saja informasi yang viral di Medsos sebagai berita. Pertimbangan pragmatisme yang lebih menonjol ketimbang profesionalitas sebagai jurnalis.

Yang tragis, pada akhirnya kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet bohong belaka. Dan itu diakui oleh sang aktor utamanya. Sama saja media yang memberitakan soal penganiayaan Ratna Sarumpaet telah melakukan kebohongan publik.

Parah kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun