Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cara-cara Cerdas Memanfaatkan Produk Keuangan dari Bank

9 Agustus 2020   10:07 Diperbarui: 9 Agustus 2020   10:00 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Tulisan ini adalah pengalaman penulis dalam memanfaatkan pinjaman ke bank dengan aman.  Pertama kali berhubungan dengan bank adalah saat akad pengalihan kredit rumah pada bulan Juli tahun 2000, di Bank Tabungan Negara.   Saya harus melanjutkan cicilan selama 12 tahun lagi, waktu yang cukup lama.  

Kebijakan Bank Indonesia saat itu jika memiliki dana, sisa cicilan dapat dilunasi kapan saja.  Setelah mencicil selama 2 tahun, tepatnya di tahun 2002  saya lunasi sisa cicilan selama 10 tahun lagi dengan meminjam lagi ke bank lain, yaitu pinjaman multiguna, tetapi masa mencicilnya hanya 3 tahun.  

Karena kebetulan saat pengalihan kredit tidak langsung balik nama, maka saat saya meminjam ke bank lain tadi bisa dikabulkan.  Prinsipnya saya tetap hanya mencicil ke satu bank.  Tahun 2005 cicilan ke Bank dapat diselesaikan dengan baik dan lancar dan saya beserta keluarga sudah memiliki rumah tanpa mempunyai beban mencicil lagi.  Saatnya konsentrasi menyekolah anak-anak yang juga cukup lumayan biayanya.

Meminjam ke Bank = Memiliki

Jika meminjam ke bank dengan tujuan produktif sesungguhnya kita sedang menabung untuk masa depan kita.  Misalnya ingin memiliki rumah, logam mulia, dan modal usaha.  Meminjam ke bank untuk memiliki rumah atau logam mulia adalah investasi bersifat tangible, sementara menyekolahkan anak adalah investasi intangible.  Semuanya jika direncanakan dengan baik dan terukur akan menjadi milik kita.  Bagaimana merencanakan keuangan dengan baik, inilah yang dialami penulis yang sejak awal menetapkan syarat :

  • Disiplin, tidak mudah tergoda dengan hal-hal yang bersifat konsumtif dan setiap bulan langsung mengalokasikan dana cicilan pinjaman. 
  • Gaya hidup disesuaikan dengan penghasilan kita setiap bulan, hindari pengeluaran kita melebihi pendapatan kita, jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. 
  • Sekecil apapun tetap usahakan untuk memiliki tabungan baik dalam bentuk uang tunai atau benda berharga.  Ini untuk mengantisipasi jika ada keperluan mendadak dari kegiatan pengeluaran rutin kita.

Syarat yang dikemukakan adalah hal penting yang harus menjadi pegangan kita ketika memanfaatkan jasa keuangan.  Apa yang kita lakukan sesungguhnya adalah untuk menjaga kepercayaan pihak bank kepada kita. Jangan sampai kita masuk ke dalam daftar hitam Bank Indonesia.

Meminjam tapi kemudian memiliki adalah dengan memanfaatkan produk keuangan dari bank.  Sesuai anjuran para pakar keuangan yang pernah penulis baca, meminjam untuk hal yang produktif tidak menjadi masalah.  Jika sewaktu-waktu gagal bayar pun kita masih memiliki hak, meskipun hal itu tetap harus kita hindari.  

Untuk hal ini pun penulis punya pengalaman tersendiri.  Penulis membeli tanah dengan mencicil selama 3 tahun ke bank perkreditan rakyat  dan kemudian bersyukur karena saat anak-anak memasuki dunia perkuliahan aset tanah menjadi penolong pembiayaan kuliah anak-anak.  

Jangan Pernah Meminjam ke Bank Liar

Salah satu fungsi dari Bank Indonesia adalah pengawasan. Bank Indonesia memegang peran vital untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.  Dalam mengelola keuangan kita harus paham betul dengan prioritas pemanfaatan dana yang kita miliki.  Pertama harus selalu punya dana cadangan untuk kesehatan dan prioritas berikutnya adalah untuk biaya pendidikan.  Di luar itu jika ada kelebihan dana yang kita miliki baru memenuhi kebutuhan lainnya. 

Sejak dulu penawaran pinjaman gencar dilakukan oleh lembaga di luar bank.   Godaan terberat bagi kita adalah begitu bertebarannya tawaran-tawaran konsumtif di sekitar kita.  Sebelum era e-commerce seperti saat ini, tawaran gaya hidup konsumtif begitu gencarnya dilakukan pihak produsen, baik bersifat kebendaan (mobil, alat hiburan) maupun bersifat tawaran kesenangan (liburan ke tempat wisata tertentu dan sebagainya). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun