Mohon tunggu...
Guritno Priyo Utomo
Guritno Priyo Utomo Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Mahasiswa yang mencoba belajar menjadi seorang penulis

Seorang Mahasiswa yang mencoba belajar menjadi seorang penulis dan mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seluk Beluk di Balik Ondel-ondel Jalanan

17 Juni 2020   11:27 Diperbarui: 18 Juni 2020   14:26 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Investigasi dimulai dari menentukan siapa yang akan di teliti dan berkas-berkas apa yang dapat mendukung investigasi kami. 

Lalu akhirnya setelah melakukan masa pencarian selama kurang lebih tiga bulan dan di era Covid-19 ini kami berhasil mendapatkan jawaban dari beberapa narasumber yang merupakan pengamen ondel-ondel, pemilik sanggar kebudayaan betawi, pihak yayasan yang fokus kepada pelestarian kebudayaan betawi, serta mempelajari literatur yang ada di berbagai media jurnalistik online dan data Perda Pemerintah Daerah yang membahas mengenai pelestarian budaya.

Pencarian awal kami dapatkan dengan mewawancarai narasumber yang merupakan pengamen ondel-ondel jalanan yang bernama Putra dan tinggal di daerah Kramat Sentiong kota Jakarta Pusat dan sedang berada di daerah Bambu Apus kota Jakarta Timur yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya dan sedang mengamen.

Putra merupakan seorang anak berusia 17 tahun yang telah putus sekolah dan memilih untuk menjadi pengamen ondel-ondel, dia berkeliling menjadi ondel-ondel bersama sepupunya yang sudah berusia 20 tahun setiap harinya. 

Kepada Putra kami menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan bagaimana seluk beluk menjadi seorang pengamen ondel-ondel serta mencoba memahami alasan kenapa mereka harus menjadi seorang pengamen ondel-ondel.

Kami mendapatkan jawaban diantaranya mereka adalah anak anak yang tidak melanjutkan sekolahnya karena tuntutan ekonomi dan menekuni kegiatan mengamen dengan ondel-ondel. 

Seharinya mereka bisa memperoleh penghasilan mulai dari empat ratus ribu rupiah sampai yang paling banyak yaitu satu juta rupiah. Biasanya mereka menyewa ondel ondel dengan harga lima puluh ribu rupiah untuk ondel-ondel beserta alat musik pengiringnya serta tiga puluh ribu rupiah untuk ondel-ondelnya saja per hari. Mereka telah menjalani pekerjaan tersebut selama 3 tahun berturut turut.

Setelah itu kami menanyakan hasil dari mengamen yang didapatkan biasa mereka gunakan untuk apa, dan mereka menjawab jika hasil mengamen tersebut digunakan untuk makan dan membeli kebutuhan sehari-hari. 

Lalu karena kami mendengar mengenai adanya kabar bahwa banyak dari pengamen tersebut yang menggunakan hasil mengamennya untuk membeli minum-minuman keras lantas kami menanyakannya juga. 

Putra menjawab hal itu dengan membenarkan jika ada pengamen yang menggunakan hasil mengamen tersebut untuk membeli minum-minuman keras, namun tidak semua orang melakukannya, dan hanya oknum-oknum tertentu saja. 

Dan terakhir kami menanyakan jika ada kesempatan lagi untuk bersekolah apakah Putra ingin melanjutkan sekolah, tetapi Putra dengan ragu menjawab jika ia tidak ingin lagi melanjutkan sekolah.

Dari jawaban yang diberikan oleh Putra, kami merasa belum puas dan terus mencoba untuk mencari tahu lebih lanjut lagi dengan melakukan wawancara narasumber selanjutnya yang juga merupakan seorang pengamen ondel-ondel jalanan yang bernama Kevin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun