Kalau bisa bijak di sana, maka juga harus bijak di sini dong.... Kita cenderung bijak (ramah dan positif) terhadap sahabat kita (orang yang menguntungkan kita)... tapi kurang bijak pada orang yang mengritik, merepotkan, atau musuh kita sekalipun...Padahal kritik itulah yang membuka kelemahan diri kita sehingga dari situ bisa kita perbaiki. Bijak tentu bukan sebatas seperti kelakuan Gayus kepada para nasabahnya yang menyetor ke rekeningnya bukan?
Rasanya satu sikap positif yang saat ini perlu kita kedepankan, yaitu bijaksana. Dengan bersikap bijaksana seseorang akan terdorong untuk selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), bertindak arif dengan ketajaman pikirannya, serta pandai dan hati-hati (cermat, teliti) di kala menghadapi kesulitan.
Seorang bijak akan rendah hati, menghargai sesama, serta setiap tutur dan tindakannya bermanfaat, tidak sia-sia.Namun, jangan pernah beranggapan bahwa sikap bijaksana hanya layak dan bisa dilakukan oleh seorang pemimpin. Jelas, setiap orang bisa melakukannya. Sikap luhur ini merupakan modal bagi siapa pun untuk membangun citra diri yang ujung-ujungnya akan bermuara pada tingginya nilai/manfaat kita kepada orang lain.
Kata bijaksana sendiri mengandung arti: selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran; juga bisa diartikan sebagai kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan dsb. Klop sudah . . . jika kita bisa memanfaatkan akal pikiran (anugerah Tuhan paling sempurna) dengan baik, maka itu tandanya kita mensyukuri pemberian-Nya... Kalau kita bersyukur, NISCAYA rahmat-Nya akan bertambah.
Kita perlu bijaksana terhadap diri dan keluarga kita. Itu artinya kita harus bisa menempatkan kepentingan keluarga seimbang dengan kepentingan pengembangan karier di pekerjaan atau kesenangan diri. Padatnya aktivitas di luar rumah tentu tidak harus mengurangi kualitas hubungan dalam keluarga. Darah, keringat dan air mata kita di dunia ini untuk siapa lagi, kalau bukan untu keluarga dan anak-anak kita?
Kurangi (atau bahkan hilangkan) kebiasaan membentak dan mengumpat dalam komunikasi dengan anak dan pasangan hidup kita... Tingginya masalah/urusan dengan pihak lain, tentu tidak harus menurunkan kualitas komunikasi dan silaturahmi dengan anak, istri/suami, serta kerabat kita. Dengan demikian, kesuksesan dalam pekerjaan bisa kita raih, keluarga pun merasakan tenteram dan damainya dipimpin oleh seorang kepala keluarga.
Kita perlu bijaksana terhadap kejadian di sekitar kita yang sungguh dinamis dan benar-benar penting untuk kita karena sangat menentukan nasib bangsa ini ke depan. Kita tentu tak boleh seakan-akan tak peduli, lepas tangan. Kita harus menunjukkan pribadi sebagai insan cemerlang, di antaranya adalah dengan cara mendukung terjadinya suasana yang kondusif. Daripada "memprovokasi" tentu akan lebih baik dan bermanfaat kalau "mengademkan" suasana apa pun yang terjadi di seputar kita. Hindari umpatan ataupun kata makian dalam setiap tutur kata dan tulisan....
Bijaksana mengelola waktu dan hati kita itu artinya waktu dan energi kita tak perlu kita habiskan untuk memikirkan atau merespon nada-nada sumbang yang datang menyerang kita, hasutan, bahkan mungkin fitnah. Isi waktu hanya dengan aktivitas yang positif dan bernilai ibadah. Setiap kali tersadar ktia telah melakukan kesalahan (dengan orang lain atau Tuhan), serta merta kita balas dengan kebaikan yang lebih banyak. . .. Ingatlah, bahwa setiap waktu manusia itu merugi kecuali 3 golongan.
Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana caranya agar citra positif kita, sebagai seorang makhluk, dalam keluarga, dalam tetap bisa dipertahankan, bahkan jika bisa ditingkatkan. Bagaimana agar pekerjaan kita bisa berkembang sesuai dengan norma agama dan aturan UU/hukum yang berlaku. Korupsi misalnya, bukan hanya materi, tapi juga bisa KORUPSI WAKTU. Jadi mari kita pastikan pemanfaatan jam kerja dengan optimal.
Bagaimana agar potensi yang kita miliki bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk meraih kesuksesan bisa dengan seoptimal mungkin. Yang pintar menulis, ya terus menulis yang positif.... Yang gemar ngobrol (ngegosip) ya ngegosip yang positif juga (memuji orang lain di belakangnya)... Yang hobi FB atau chatting ya.. manfaatkan fasilitas itu dengan baik agar bermanfaat... Sisipkan selalu firman Allah dan rasulnya. Karena kata-kata terbaik adalah kalam Tuhan, langkah terbaik adalah jejak rasulullah, jadi jangan jauh-jauh dari 2 hal tersebut...
Mari bijaksana untuk memakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. . . . Bukan hanya karena kebanyakan siswa tidak lulusnya di pelajaran Bahasa Indonesia....
Artinya, bijaksana bisa dilakukan mulai dari hal-hal kecil, mulai dari sekarang. Jangan lihat orang lain, mari mulai dari diri kita sendiri.
Salam kenal semuanya dan semoga bermanfaat untuk Anda.... amiinn..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI