Mohon tunggu...
Gunawan BP
Gunawan BP Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda yang berasal dari Desa Bumi Pajo, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB. Mencoba belajar dan berbagi melalui untaian kata dan kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hanya Butuh Keberanian

20 Februari 2018   20:18 Diperbarui: 20 Februari 2018   20:29 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seseorang, jika ingin melakukan sesuatu meskipun itu adalah hal yang baru baginya maka dibutuhkan keberanian. Keberanian untuk melakukan sesuatu adalah modal utama dalam mewujudkan mimpi kita. Walaupun kita punya segudang mimpi, namun jika tak berani untuk memulai dan merealisasikannya maka tak akan mungkin terwujud.

Jangan pernah takut untuk berbuat sesuatu, apalagi demi kebaikan bersama. Jadilah pribadi yang tangguh dan berani untuk bertindak. Jangan terlalu peduli apa kata orang sehingga membuat kita tak berani mewujudkan mimpi kita. Kita harus berani dan terus melangkah. Kita harus percaya diri, bahwa kita mampu untuk melakukannya.

Contoh sederhana dalam hal menulis. Manakala kita ingin menelurkan buku mandiri, maka bersegeralah untuk menulis dan mewujudkannya dari sekarang juga. Tak perlu takut dengan istilah bermutu atau tidaknya tulisan kita, misalnya. Biarlah pembaca yang akan menilainya. Yakinlah bahwa setiap tulisan pasti akan menemukan pembacanya. Jangan karena takut tulisan kita tidak bermutu atau "sampah" di mata orang, lantas kita tak berani untuk menulis. Susah bahkan mustahil menginginkan lahirnya buku solo, bilamana kita tak memiliki keberanian untuk mewujudkannya. Tanamkan tekad dan keberanian dalam diri kita agar kita tak lagi merasa minder dan takut.

Saya ingin bercerita sedikit. Dulu, ketika saya mengirimkan naskah buku pertama kali ke penerbit, hanya bermodalkan keberanian. Saya mencoba dan berusaha saja dulu. Urusan diterima atau ditolak oleh penerbit adalah persoalan lain. Bagi saya, yang penting sudah ada keberanian untuk mengirimkan naskah terlebih dahulu demi mewujudkan mimpi memiliki buku karya sendiri. Dan benar saja, keberanian saya untuk mengirimkan naskah ke penerbit itu membuahkan hasil positif. Naskah saya diterima dan siap diterbitkan.

Hal yang sama juga pada naskah buku solo saya yang kedua dan ketiga. Kedua naskah tersebut saya mencoba mengirimkannya pada dua penerbit yang berbeda pula. Alhamdulillah, kedua naskah tersebut diterima juga oleh penerbit. Hanya satu kata kunci yang saya pegang waktu itu, bahwa saya harus memiliki "keberanian" dalam bertindak meskipun risiko tetap ada. Ya, itu sudah pasti. Apa pun yang kita lakukan akan ada konsekuensinya, entah itu positif maupun negatif.

Pengalaman saya yang cukup membekas juga hingga kini, yaitu terkait dengan penyuntingan naskah buku. Ya, ketika diamanahkan oleh teman-teman di salah satu organisasi yang saya ikuti sebagai penyunting atau editor calon bukunya, saya langsung mengiyakannya. Sesungguhnya jika dilihat dari segi pengalaman, sama sekali saya tak punya. Itu adalah pengalaman perdana saya. Saya hanya memberanikan diri saja. Bagi saya, itu adalah kesempatan untuk belajar dan memulai. Sebab, sampai kapan pun saya tak akan bisa menyunting naskah buku orang lain manakala saat itu saya tidak mengiyakan dan memberanikan diri.

Demikian juga dalam hal meminta bantuan kepada guru-guru saya, kiranya berkenan memberikan kata pengantar, epilog, dan endorsement terhadap calon buku teman-teman sekaligus buku mandiri saya tersebut. Modalnya hanya keberanian. Alhasil, beliau-beliau juga dengan senang hati ingin menorehkan kalimat-kalimatnya di dalam buku-buku yang dimaksud. Sekali lagi, modalnya hanya keberanian.

Jadi, siapa pun di antara kita yang ingin mewujudkan mimpi, maka beranilah untuk memulai dan merealisasikannya dari sekarang juga. Jangan pernah takut. Lakukan dengan segera. Insyaallah, kita bisa.

Wallahu a'lam.

Oleh: Gunawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun