Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Terlahir Miskin Salah Jokowi?

17 Maret 2015   23:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:30 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rumah gubuk itu tempat seorang anak manusia yang terlahir miskin. Sebenarnya sih orang miskin itu tak hendak menyalahkan Jokowi. Dia hanya diperalat agar menyalahkan Jokowi. Dia terlahir miskin juga sejak jaman Eyang Soeharto. Gubuk reyot itu pun sudah dibangun sejak jaman Soeharto. Namun sekarang karena pak Jokowi yang jadi presiden dan harus bisa membuat rakyat kaya raya makanya pak Jokowi lah yang harus disalahkan. Mengapa sudah 5 bulan belum bisa bikin rakyat kaya. Malah dibuat susah dengan harga beras yang mahal sehingga tukang becak gak bisa beli beras. Pemulung meraung karena belum makan dari pagi. Ada juga cerita sedih seorang ibu yang anak nya mati karena mengejar layangan. Waktu itu si ibu tak punya uang karena kerjanya hanya sebagai tukang cuci. Anaknya minta layangan, tapi uang hanya cukup untuk beli setengah kilo beras untuk makan nanti malam. Si anak pengertian akhirnya mengejar layangan putus dan akhirnya tertabrak truk hingga tewas. Apakah si ibu akan menyalahkan Jokowi juga, karena tak bisa membeli layangan untuk anaknya sehingga anaknya tewas? Memang benar ada hadist nabi yang mengatakan kemiskinan mendekatkan dengan kekafiran. Jika hidup miskin dan menyalahkan orang lain bahkan sampai menyalahkan Tuhan maka jatuhnya memang menjadi kafir. Karena takut menjadi kafir makanya menyalahkan Jokowi saja yang seharusnya bertanggung jawab mensejahterahkan rakyatnya. Kemiskinan terjadi karena banyak orang kaya yang tak jujur dengan jnmlah hartanya sendiri. Merasa belum cukup nisab dan tak mau membayar zakat. Kalau pun membayar, zakatnya  dikorupsi dan hitungannya pun dikurangi. Walau sudah cukup nisab namun merasa belum dan akhirnya tak pernah berzakat mall (harta). Hanya zakat fitrah saja yang dibayar itu pun setahun sekali. Apakah si miskin hanya butuh makan setahun sekali? Orang miskin juga harus giat bekerja dan menuntut ilmu untuk keluar dari kemiskinannya. Karena dengan ilmu akan menaikan derajatnya. Sejatinya kemiskinan dan kebodohan adalah saudara kembar. Orang miskin yang pintar pastinya akan segera mengubah nasibnya. Tuhan tak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri. Menjadi pemimpin juga harus amanah dean memberikan keadilan bagi rakyatnya yang miskin dan yang kaya. Tahukah bahwa menjadi pemimpin yang adil akan mendapatkan Surga, demikian sebaliknya pemimpin yang zalim akan mendapat neraka. Orang miskin yang sabar dengan kemiskinannya dijanjikan pahala Surga. Orang kaya yang bersyukur dan mengeluarkan zakat untuk si miskin juga mendapat pahala Surga. Orang miskin tak iri dengan orang kaya dan orang kaya tak sombong dan mengatai-ngatai orang miskin. Hidup menjadi damai dan memberi kebahagiaan di dunia wal akherat. Akan datang saatnya nanti pemimpin yang bisa membuat semua rakyatnya kaya. Akhirnya  mereka  kebingungan menjunjung emas di kepala ingin membayar zakat tetapi tak ada satu pun yang mau menerima. Saya tak mau hidup dimasa itu karena masa itu masa dimana kiamat dunia akan segera tiba. *Renungan malam * Note: Nisab = ukuran wajib zakat harta untuk umat Islam jika sudah memiliki harta senilai 100 gram emas harus dikeluarkan 2,5% sekitar 2,5 gram. Sumber foto: disini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun