[caption id="" align="alignnone" width="780" caption="Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kementerian Agama Anggito Abimanyu.(sumber:kompas.com)"][/caption]
Tajuk diatas sengaja penulis beri tanda tanya, hal ini hanya sebagai azas praduga tak bersalah saja. Logika main-main yang sedikit liar dalam opini ini mendudukkan Kompas sebagai media mainstream penyebab hancurnya karir seorang sekaliber Anggito Abimanyu yang notabene adalah dosen senior di sebuah universitas terkenal di Indonesia yaitu UGM (Universitas Gajah Mada).
Secara perusahan penerbitan berita sebesar Kompas bisa kecolongan artikel plagiat yang dinilai copy paste dari opini yang juga dimuat di harian Kompas juga. Mustahil jika redaktur atau editor yang bertugas mengecek naskah itu tak mengetahui bahwa artikel milik Abimanyu adalah hasil plagiat atau copy paste.
Kesilapan terbesar dari redaktur atau dewan direksi meloloskan artikel Anggito naik cetak dan terbit inilah yang menjadi batu sandungan Anggito sehingga tersungkur dari karirnya yang sudah sangat tinggi baik di UGM sendiri maupun di kementrisn agama yang menangani urusan haji dan umroh.
Jika saya diizinkan berandai-andai, maka seandainya saat itu dewan redaksi atau editor yang mengecek artikel itu mengetahui sejak awal dan tak mmenerbitkan artikel milik Hotbonar yang diakuisisi oleh Anggito, niscaya kasus ini tak akan pernah terjadi.
Pak Anggito juga masih tetap aman menduduki jabatannya di kampus UGM dan juga di kementrian agama. Ini hanya andai-andai yang tak bisa dikembalikan lagi seperti jika kita salah menekan menu pada komputer dan bisa klik undo atau ctrl+z untuk membatalkan perintah dan mengembalikan seperti sedia kala.
Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan selalu datang terlambat. Bagi pak Anggito mundur memang berarti bukan segalanya. namun nama besarnya sebagai akademisi sudah pupus dan terus dicemooh sebagai akademisi culas. Seperti peribahasa sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak percaya.
Di balik itu semua apakah ini ada unsur kesengajaan? Kita hanya menduga-duga. Jika memang ada pihak-pihak yang menginginkan karir pak Anggito tamat. Namun dugaan ini terlalu berlebihan. Sedangkan Anggito mengakui terjadi kesalahan pengiriman file.
Pihak Kompas seharusnya juga melakukan klarifikasi dan tanggapannya agar khalayak ramai tak menduga-duga seperti ini. Apakah Kompas juga telah memberikan hukuman bagi editor yang bertugas memeriksa kolom opini berkenaan artikel Anggito yang plagiat itu atau tidak sama sekali.
Ini hanya opini saya pribadi, bukan bermaksud mendiskreditkan Kompas dan bukan pula untuk membela bapak Anggito Abimanyu.
Salam Kompasiana.