Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Harus Waspada Ingin "Dibenturkan" dengan SARA

1 Maret 2018   06:00 Diperbarui: 1 Maret 2018   07:14 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bisa anda bayangkan jika dulu Pancasila seperti yang termaktub di piagam Jakarta maka umat di luar Islam terutama Indonesia bagian timur mendirikan negara sendiri. NKRI hanya tinggal sejarah yang terluka.

Inilah yang kemudian menjadi awal dendam kesumat dari partai agama yang kemungkinan punya idiologi yang menyimpang. Dendam kesumat ini tertuju pada satu orang yaitu Megawati yang notabene anak cucunya Soekarno sekaligus PDIP yang titisan dari PNI nya Soekarno.

Kebetulan Jokowi adalah dekat dengan Mega dan kader parpolnya yang sedang moncer dan berkuasa maka panah-panah api akan selalu mengarah kepada nya.

Ingat musuh dari luar juga masih terus ingin memporak porandakan persatuan NKRI. Jangan sampai negeri kita di-Suriah-kan karena masalah agama.

Benteng pertahanan NKRI adalah Pancasila dan bhinneka tunggal Ika. Jika ini hancur maka hancurlah NKRI. Jika parpol yang berkuasa nantinya akan menggantikan Pancasila ini alamat Indonesia dalam darurat dan itu jangan sampai terjadi.

Untung saja seorang Joko Widodo beragama Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Nilai plus Jokowi juga karena beliau orang Jawa yang juga suku mayoritas di Indonesia. Nilai plusnya lagi Islam nya Joko Widodo sejalan dengan Islam NU yang mayoritas dianut umat Islam di Indonesia.

NU walau bukan partai politik tapi umatnya mayoritas dan memiliki faham Hubul Wathan atau cinta tanah air yang sejalan dengan nilai nasionalisme. Walau NU juga diadu domba dengan kaum fanatik ini. Namun ideologi NU ini tak kan goyah karena masih adanya garis lurus penghubung yang kuat dengan garis para ulama dan kiayi yang bermazhab Syafi'i.

Jokowi dan PDIP harus waspada dan jangan sampai kepeleset lidah secara kasat mata menyinggung umat Islam. Ini akan menjadi senjata yang paling ampuh. Walau segudang prestasi selama menjabat jadi presiden periode pertama ini akan hilang bagai kemarau setahun disiram hujan sehari.

Kedekatan PDIP dan Jokowi dengan ulama dan warga NU juga harus terus ditingkatkan. Juga dengan Muhammadiyah yang merupakan pilar kebangsaan Indonesia.

Tapi intinya Jokowi harus merangkul semua pihak yang mau dirangkul. Tapi kalau yang gak mau dirangkul ya gak usah dipaksa nanti malah "mukul" saat dirangkul.

Bagaimana dengan partai nasionalis lain yang menjadi oposisi seperti Gerindra? Gerindra menjadi oposisi karena kedekatan partai itu dengan partai agama. Kedekatan bukan masalah ideologi tapi kedekatan yang saling memanfaatkan. Selagi masih bisa dimanfaatkan akan terus seperti itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun